Direktur Eksekutif APHI Purwadi Soeprihanto Sampaikan Strategi Penguatan Industri Material Kehutanan di Indonesia

1165
Purwadi menilai, pemegang izin seperti HTI dan HPH bersama industri hilir harus melakukan tiga hal ini untuk mewujudkan optimalisasi rantai nilai dalam produksi
Purwadi menilai, pemegang izin seperti HTI dan HPH bersama industri hilir harus melakukan tiga hal ini untuk mewujudkan optimalisasi rantai nilai dalam produksi. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Soeprihanto, S.Hut., M.E. menjelaskan, perlu ada inovasi-inovasi disruptif, SDM yang unggul, serta penguasaan teknologi supaya Indonesia bisa keluar dari kutukan sumber daya alam.

Hal tersebut, kata Purwadi, merujuk pada pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo pada 16 Agustus 2019 lalu.

Dengan mengusung tema Penguatan Industri Material Kehutanan Masa Depan, Purwadi menyampaikan hal tersebut dalam Rapat Senat Terbuka Fakultas Kehutanan (FKT) UGM, yang menjadi salah satu rangkaian acara Dies Natalis FKT UGM ke-56 pada Jum’at (18/10/2019).

“Sejak reformasi 1998 kinerja industri kehutanan cenderung menurun. Dikutip dari BPS 2007, penurunannya sekitar 3,33 persen dari total nilai ekspor Indonesia. Sementara tahun 2018 sempat mengalami kenaikan, sekitar 6,76 persen. Tetapi, masih jauh dari capaian di dekade 1990,” jelas Purwadi.

Masih mengacu pada data BPS 2018, kontribusi subsektor kehutanan terhadap PDB Nasional juga cenderung menurun.

Rapat Senat Terbuka Fakultas Kehutanan (FKT) UGM. Foto: Kinanthi
Rapat Senat Terbuka Fakultas Kehutanan (FKT) UGM. Foto: Kinanthi

Baca juga: Piala Bergilir Saat Mantu Jadi Media Reuni Alumni Kehutanan Angkatan 1979

Sebagai perbandingan, pada 1999 kontribusinya mencapai 1,26 persen, sedangkan pada 2017 hanya 0,67 persen.

Bagi Purwadi, kondisi tersebut ironis mengingat sektor kehutanan pernah menjadi penyumbang devisa terbesar pada 1991-1998.

Apalagi hutan merupakan sumber daya alam yang terbaharui, yang seharusnya memposisikan kehutanan sebagai sektor yang berkelanjutan.

“Dalam perspektif sumber daya terbarukan, maka pandangan terhadap paradoks keberlimpahan harus diarahkan pada seberapa jauh pemanfaatan hasil-hasil hutan memberikan nilai tambah,” ujar Purwadi.

Dia menambahkan, melejitnya pasokan bahan baku dari hutan rakyat mampu menggeser penggunaan bahan baku kayu alam, sehingga menyebabkan penggunaan kayu alam untuk plywood tidak kompetitif lagi.

Baca juga: Fakultas Kehutanan UGM Bangun Student Co-Working Space Ramah Lingkungan