‘Mahasiswa Paling Lama’ Sudah Berkurang di MAPAGAMA

1666

Baca juga: Agar Akademisi UGM Tidak Stres Lalu Bunuh Diri

“Stigma itu masih ada, tetapi menurutku ‘mahasiswa paling lama’ yang sering disebut orang-orang itu sudah gugur. Karena banyak juga teman-teman MAPAGAMA yang lulusnya tepat waktu,” pungkas Lutfi.

Anggota MAPAGAMA, kata Lutfi berusaha menyesuaikan diri dengan kewajibannya di bidang akademik dan haknya untuk memperoleh pengalaman di kegiatan non akademik.

Meskipun demikian, ‘mahasiswa paling lama’ menurut Lutfi tak bisa dengan mudah digeneralisasikan.

Sebab, bukan masalah jika mahasiswa mengikuti banyak kegiatan non akademik, terlebih lagi kegiatan tersebut bisa mendewasakan mahasiswa.

”Karena menurutku sama saja kalau lulus tepat waktu tapi nggak ada pengalaman,” jelasnya.

Baca juga: Tak Mampu Kendalikan Stres Picu Tindakan Bunuh Diri

Mengkolaborasikan Ilmu Kuliah dengan Kegiatan non Akademik

Di sisi lain, ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah bisa dikolaborasikan dengan kegiatan di UKM.

Diceritakan oleh Lutfi, tidak sedikit anggota MAPAGAMA yang kreatif mengkolaborasikan dua disiplin ilmu ini, termasuk dirinya.

“Banyak di sini yang seperti itu. Kaya aku, rencananya skripsiku ke depan akan mengangkat tema wisata arung jeram dalam etika antroposentrisme. Jadi, ya skripsiku sesuai dengan divisiku. Cara ini menurutku lebih membantu,” jelas mahasiswa angkatan 2016 itu.

Gelanggang Bagaikan Kerajaan

Sebagai  gedung yang digunakan kantor UKM UGM, Lutfi punya kesan tersendiri dengan Gelanggang Mahasiswa.

“Aku melihat Gelanggang ini layaknya kerajaan. Setiap pasukannya punya keunggulan masing-masing,” ujar Lutfi.

Dia memang tidak banyak menghabiskan waktu di Gelanggang.

Tetapi, dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam sampai menginap saat berada di sekretariat MAPAGAMA, tepatnya di kompleks perumahan dosen UGM, blok D-11.

Bukan sekretariat, bagi Lutfi D-11 merupakan rumah bagi MAPAGAMA.

Menjadi pengurus artinya siap menjaga rumah.

Selain itu, Gelanggang menjadi saksi bisu kehidupan mahasiswa.

Untuk itu, Lutfi berpesan agar mahasiswa selalu mengenang keberadaan Gelanggang.

”Ingat apa yang sudah Gelanggang berikan pada kamu dan apa yang sudah kamu berikan pada Gelanggang,” ujarnya.

Besar harapan Lutfi agar MAPAGAMA semakin kompak, serta senantiasa memiliki rasa kekeluargaan dan saling memiliki.

”Dan kurang-kurangin pakai sandal orang,” pungkas Lutfi sambil tertawa. (Kinanthi)

Baca juga: Pengelolaan Arsip Makin Canggih, Warni Ingin UGM Jangan Lupakan Cara Konvensional