Agar Akademisi UGM Tidak Stres Lalu Bunuh Diri

642

Baca juga: Turunkan Stunting, Dirjen Kesmas Kirana Imbau Pemkab/Kota Contoh Kabupaten Nganjuk

Kepuasan yang dimaksud yakni produktivitas kerja yang diperoleh berkat kondisi lingkungan kerja yang kondusif.

Meskipun demikian, sebetulnya akademisi membutuhkan ruang khusus untuk bersosialisasi dengan orang lain.

Sementara fasilitas di UGM yang menunjang dinilai masih minim.

Misalnya ruang khusus santai untuk bertemu dengan rekan kerja.

Ada pun kekurangan lain terkait tempat atau ruang kerja akademisi, kata Syam, dari segi penataan para akademisi membutuhkan adanya personalisasi ruang kerja.

“Lagi kerja, tiba-tiba ada teman sebelah ngajak ngobrol. Fasilitas ruang kerja yang kondusif ini kadang juga tergantung jabatan kita. Kalau profesor sudah pakai ruangan sendiri. Sementara dosen-dosen baru atau yang belum memiliki jabatan, kadang jadi satu ruangan sama dosen lain atau hanya dipisah dengan sekat,” jelas Syam.

Kondisi ruang kerja tersebut membuat akademisi mudah terdistraksi lingkungan sekitar ketika sedang fokus bekerja.

Kemudian berujung pada kegiatan yang kurang produktif dan tingkat stres yang makin bertambah.

Baca juga: KAGAMA Membangun Papua Sejak 1982

“Kalau sudah stres biasanya akademisi menuju ke tempat-tempat yang menurut mereka bisa memicu berkurangnya stres. Seperti ke toilet, ruang ibadah keluar kampus, ruang sosialisasi. Ada juga yang tetap berada di ruang kerja pribadinya,” papar Syam.

Dia menyarankan agar ruang kerja akademisi dikomodifikasi supaya bisa mengurangi tingkat stres, yaitu dengan menciptakan ruang yang mampu mengakomodasi semua karakter pekerja dan aktivitas di tempat kerja.

Misalnya model ruang variatif, yang menyediakan ruang kerja berbeda-beda.

Pastinya ini bisa memenuhi kebutuhan setiap pekerjanya, termasuk ruang untuk brainstorming, ruang kreatif, pertemuan informal, dan sebagainya.

Apabila semua pekerja cenderung terganggu dengan ruangan yang berisi banyak orang, maka baiknya bangun ruang kerja yang memberi kesempatan pekerjanya untuk menjaga privasi.

Jika sebaliknya, kata Syam, maka bangun ruang kerja yang memudahkan karyawan bekerja sama tim dan bersosialisasi dengan model collaborative space.

Hal ini juga akan mengembangkan jejaring sosial dan memberbanyak interaksi antar pekerja.

“Jangan lupa juga, bangun ruang kerja yang mempertimbangkan standard lingkungan dan kesehatan fisik, seperti, kenyamanan visual, ventilasi, tingkat kelembaban, dan lain-lain,” pungkas Syam. (Kinanthi)

Baca juga: Mengatasi Rasa Jenuh Saat Berorganisasi