Karhutla dan Titik Panas di Sumatera dan Kalimantan Turun, Kualitas Udara Membaik

178
Presiden Joko Widodo menghargai kerja keras segenap jajaran yang terkait untuk memadamkan Karhutla di Sumatera dan Kalimantan. Foto : Setkab
Presiden Joko Widodo menghargai kerja keras segenap jajaran yang terkait untuk memadamkan Karhutla di Sumatera dan Kalimantan. Foto : Setkab

KAGAMA.CO, JAKARTA – Berdasarkan citra satelit modis catalog Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada Senin (30/9/2019), pukul 18.00 WIB menunjukkan kualitas udara membaik seiring dengan turunnya jumlah titik panas (hotspot) di Sumatra dan Kalimantan.

Pantauan titik panas pada sore itu, titik panas akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) cenderung turun seperti di Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat (Kalbar) dan Kalimantan Tengah (Kalteng).

Masih banyak titik panas atau hotspot di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Walau begitu, kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 menunjukkan tingkat ‘baik.’

“Data terakhir (30/9/2019) mencatat titik panas berjumlah 673.”

“Titik panas tertinggi teridentifikasi di Kalimantan Selatan dengan 141 titik, Kalimantan Tengah 63, Sumatra Selatan 63 dan Jambi 15, sedangkan Riau dan Kalimantam Barat tidak terdeteksi adanya hotspot,” ungkap Agus Wibowo, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam siaran persnya di Jakarta belum lama ini.

Menurut BNPB, operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) terus berlangsung baik di Sumatera maupun di Kalimantan.

Pada hari Senin (30/9/2019), dikerahkan dua pesawat di Sumatra dan dua Pesawat di Kaltim dengan total garam yang ditabur sejumlah 9.600 kg.

“Salah satu hasilnya hujan turun di sebagian besar wilayah Riau (Indragiri Hulu, Dumai, Pelalawan, Kuansing, Indragiri Hilir, Siak, Rokan Hulu dan Rokan Hilir), Jambi (Merangin, Sarolangin), Kalbar (Pontianak, Singkawang, Sintang, Melawi), Kalsel (HST, HSS), dan Kalteng (Palangkaraya, Barito Selatan dan Lamandau),” jelas Agus.

Menurutnya, kecenderungan titik panas yang turun harus terus dipertahankan sehingga masyarakat dapat menghirup udara sehat dan beraktivitas di luar rumah.

Hujan yang turun secara optimal dapat dimanfaatkan untuk membasahi gambut dengan sekat kanal dan embung.

“Gambut perlu dikembalikan ke kodratnya yaitu basah dan berair sehingga tidak mudah terbakar,” ujar Agus.

Apresiasi Presiden

Presiden Joko Widodo pun memuji kerja keras para Manggala Agni, jajaran TNI dan Polri, BPPT dan BMKG, BNPB, serta BPBD dan Masyarakat Peduli Api di Sumatra dan Kalimantan dalam memadamkan kebakaran hutan dan lahan yang dinilainya kini telah menunjukkan hasil.

“Segenap upaya mereka tempuh untuk memadamkan api dan melalui udara, ada 45 pesawat atau helikopter dikerahkan menyemai lebih 200 ton garam untuk mempercepat pertumbuhan awan sehingga turun hujan dan melakukan upaya waterbombing di seluruh kawasan yang terbakar,” tulis Presiden melalui fan page facebook-nya yang diunggah beberapa saat lalu.

Di darat, ungkap Kepala Negara, petugas dan relawan berjibaku memadamkan api langsung di hutan-hutan gambut.

“Alhamdulillah, sepekan terakhir, kebakaran hutan dan lahan telah berkurang jauh,” pungkas Presiden Joko Widodo. (Setkab/Josep)