Pelaku Usaha dan Konsumen Jangan Terlena dengan Tren Bisnis Digital

558

uga: Ganjar Pranowo Lantik Pengda KAGAMA Sulawesi Utara

“Jika unicorn dan decacorn faktanya dimiliki asing, maka saat mereka mampu melakukan monetisasi, laba besar yang didapatkan akan direpatriasi ke negara lain,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama di Kemenko PMK itu.

Salah satu penyebab kagagalan startup adalah ketidaksanggupan melakukan monetisasi.

Ini merupakan peringatan penting bagi munculnya startup bisnis dan potensi risiko yang akan muncul.

Menurut Agus, masyarakat jangan hanya memikirkan akses kemudahan pendanaan, tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua fintech mempunyai sistem company yang baik.

Baca juga: FK-KMK dan Kagamadok Gelar Konser Amal untuk Bangun Kota Difabel

“Kalau masyarakat ingin hutang berarti harus mengukur. Besar pasak daripada utang tetap harus menjadi perhatian. Jadi kalau mau hutang tujuannya untuk investasi, bukan untuk hal-hal yang konsumtif,” jelas Komisaris PT Waskita Karya itu.

Dampak besar yang tidak kalah penting, kata Agus katika unicorn dan decacorn collapse maka akan banyak tenaga kerja yang di-PHK.

Hal tersebut ke depan angka pengangguran makin meningkat.

Agus menilai selama ini unicorn dan decacorn memberikan aktifitas ekonomi yang memudahkan.

Baca juga: Seminar Nasional III pra-Munas KAGAMA Soroti Kesehatan Indonesia Hadapi Revolusi Industri 4.0

Tetapi, implikasinya sangat besar jika suatu saat collapse.

Keberadaan fintech mengancam keberadaan bank. Jasa bank-bank ini kata Agus mulai tergerus.

Beberapa tenaga kerja posisi tertentu hilang, karena jika orang ada kebutuhan meminjam dan menabung tak perlu ke tempat, bisa dilakukan secara mobile.

Menurut Agus, hal tersebut akan mengurangi fungsi bank sebagai perantara.

“Jangan sampai kemudahan meminjam dana yang ditawarkan fintech menjerumuskan masyarakat berperilaku konsumtif,” pungkasnya. (Kinanthi)

Baca juga: M. Yamin  Pulangkan Ratusan Mahasiswa Indonesia di Belanda yang Tak Lulus-Lulus di Era 50-an