Donny Widianto Tertarik Jurusan Langka dan Sulit Dipelajari

2083

Baca juga: Liburan Semester ala Mahasiswa Jadul UGM; Dari Upacara, Bar Mini, hingga Menggelar Pernikahan

Tidak seperti dosen kebanyakan yang menempuh program S2, Donny mengambil program postgraduate course di Jepang untuk pendidikan lanjutnya.

“Waktu itu, ada ijazah Sarjana Muda dan Sarjana. Ijazah Sarjana sudah equal dengan master,” jelasnya.

Setelah itu, Donny melanjutkan pendidikan doktoralnya di Osaka University, Jepang.

“Saat kuliah di sana Saya ambil kerja sampingan jadi pengajar Bahasa Indonesia. Kadang jadi penerjemah juga. Kemudian bawa istri ke sana, dia kerja paruh waktu di bakery,” jelas Donny.

Baca juga: Presiden Jokowi Dijadwalkan Hadiri Munas Kagama 2019

Sulit Mengimplementasikan Budaya Penelitian yang Ideal di Kampus

Sebelum menduduki jabatannya saat ini, Donny sebelumnya pernah menjadi Sekretaris Prodi (2004) dan membantu di PT Pagilaran (2000) sebagai manajer.

“Tahun 2018 Saya diminta lagi untuk bantu di Pagilaran sebagai konsultan sistem informasi. Jadi sekarang ya wira wiri. Tapi sebetulnya lebih nyaman jadi dosen biasa kalau Saya,” ujar Donny.

Ia kemudian teringat dengan ketertarikannya dulu yang ingin menjadi peneliti.

Namun, hal tersebut baginya sulit dicapai, karena infrastruktur pendukungnya belum canggih.

“Di luar negeri mahasiswa bisa dijadikan mesin peneliti, di sini sulit, Saya sudah coba. Pernah membuat grup penelitian terdiri dari mahasiswa S1 hingga S3 hanya berjalan sekali. Established sistem ini nggakberhasil. Saya bisa melakukan, orang lain tidak,” jelasnya.

Baca juga: Uniknya Perpeloncoan di Awal Berdirinya UGM