Konflik Papua Kian Masif di Tengah Gencarnya Pembangunan, Mengapa?

465
Diskusi Papua dan Kebangsaan pada Jumat (6:9:2109) di Digilib Cafe FISIPOL UGM. Foto: Kinanthi
Diskusi Papua dan Kebangsaan pada Jumat (6:9:2109) di Digilib Cafe FISIPOL UGM. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Belakangan ini masyarakat dibuat khawatir dengan adanya dua kali peristiwa kerusuhan, pertama yang terjadi di asrama mahasiswa Papua di Surabaya dan terakhir di Jayapura.

Sejumlah akademisi menggelar diskusi. Tidak sedikit di antara kita yang bertanya-tanya, tentang mengapa konflik muncul lagi setelah sekian tahun ada intervensi pembangunan di Papua?

Bagaimana kita memahami konflik masyarakat Papua yang terjadi akhir-akhir ini?

Isu ini dibahas dalam diskusi Papua dan Kebangsaan bersama Dr. Gabriel Lele, S.I.P, M.Si., dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik yang juga merupakan penduduk Papua, Dr. Arie Sujito, S.Sos, M.Si., dosen Departemen Sosiologi.

Hadir juga Prof. Dr. Mohtar Mas’oed, dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional, serta Dr. Lukman-Nul Hakim, dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional sebagai moderator, pada Jumat (6/9/2019) di Digilib Cafe, FISIPOL UGM.

Baca juga: Orang-orang Muda ini ke Jogja Cari Ilmu untuk Bangun Papua

Kondisi Konflik Semakin Memburuk

Masyarakat Papua mengalami kekerasan kultural. Menurut Mohtar, konflik yang terjadi belakangan ini sudah menggambarkan kondisi yang semakin memburuk.

Mohtar menggambarkan, konflik-konflik yang terjadi sebelumnya bentuknya vertikal, dalam hal ini aparat vs. warga.

Sedangkan akhir-akhir ini, konflik berbentuk horisontal, yakni warga vs. warga.

Sebagai salah satu penduduk asli Papua, Lele mengakui memang ada perubahan secara signifikan.

Tetapi jika dibandingkan provinsi lain masih rendah.

Baca juga: Asmat, Panggung Budaya Indonesia di Papua