Seminar pra-Munas KAGAMA Kedua Bahas Kesiapan Tenaga Kerja di Era Revolusi Industri 4.0

388

Baca juga: Panitia Seminar Pra-Munas KAGAMA XIII Kenakan Busana Adat Nusantara

Karena itu dibutuhkan lompatan untuk menguasai emerging skill seperti artificial intelligent atau kecerdasan buatan, cloud computing atau komputasi awan, big data analytics atau analisis data berskala besar, dan internet of things.

Seperti disampaikan Presiden Jokowi, dunia tidak semata sedang berubah tetapi sedang terdisrupsi.

Di era disrupsi ini kemapanan bisa runtuh, ketidakmungkinan bisa terjadi. Jenis pekerjaan bisa berubah setiap saat, banyak jenis pekerjaan lama yang hilang.

Tetapi juga makin banyak jenis pekerjaan baru yang bermunculan. Ada profesi yang hilang, tetapi juga ada profesi baru yang bermunculan.

“Kita harus menyiapkan diri menghadapi era disrupsi, dengan memperkuat emerging skill tenaga kerja kita yang dibutuhkan untuk mengisi emerging job sebagai dampak revolusi industri 4.0,” ungkap Ari.

Baca juga: Solusi untuk Pendidikan Vokasional di Indonesia

Selain itu, kata Ari, kita juga punya tantangan untuk memperkuat kualitas pekerja migran ke luar negeri, sehingga bukan hanya menyumbangkan remiten tapi juga mengisi tenaga kerja dengan skill yg tinggi di pasar tenaga kerja global.

Walaupun pada saat yang sama kita juga menghadapi kenyataan masuknya tenaga kerja asing dari negara lain.

Pada akhir 2018, data Kementerian Ketenagakerjaan terkait Tenaga Kerja Asing (TKA) mencapai 95.335 pekerja, atau 0,04 persen dari total penduduk 268,829 juta jiwa.

Ini angka yang amat rendah, namun kata Ari, hal itu sering menimbulkan kegaduhan karena digunakan sebagai komoditi politik.

Padahal jumlah tenaga kerja migran kita ke luar negeri jauh lebih banyak dibandingkan TKA ke Indonesia.

Baca juga: Mahfud MD: Indonesia Perlu Manusia yang Terdidik