Baca juga: Rektor Ajak Masyarakat Rawat Keberagaman di Era Digital
Dalam sambutannya, rektor UGM menyatakan mendukung komitmen untuk terus menjaga kerukunan antar umat beragama dan memfasilitasi kegiatan peribadatan di lingkungan kampus UGM.
Hal ini dilakukan sebagai contoh untuk membangun rasa nasionalisme dan menghargai keragaman dalam menyatukan Indonesia.
“UGM adalah universitas nasional yang bersifat inklusif sehingga UGM selalu berusaha untuk menciptakan suasana nyaman untuk berbagai elemen bangsa yang ada di kampus,” ujar Rektor.
Rektor melanjutkan, mahasiswa UGM berasal dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, mahasiswa baru kita tahun 2019 berasal dari 34 propinsi yang ada di Indonesia.
Baca juga: Pancasila Perlu Dikembangkan sebagai Ideologi Praktis
“Agama para mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan juga bermacam-macam, semua harus bisa berkolaborasi hidup dengan nyaman dan rukun di UGM,” kata Panut.
Sementara itu dalam homilinya Uskup Agung Semarang menyampaikan, mahasiswa Katolik UGM harus bangga menjadi warga UGM, Indonesia dan keluarga katolik.
Mahasiswa katolik diharapkan siap mengikuti panggilan hidup menjadi katolik sepenuhnya dan berperan sebagai garam dan terang dunia di tengah masyarakat dalam situasi apapun selalu menebarkan kebaikan.
“Mahasiswa Katolik bersama sivitas akademika lain diharapkan untuk selalu menghargai sesama dan merangkul siapapun di sekitarnya. warga katolik UGM diharapkan untuk semakin inklusif, pancasilais, dan humanis,” pesan Bapak Uskup.
kegiatan perayana misa yang berlangsung selama kurang lebih dua jam diakhiri dengan penyampaian berbagai informasi kegiatan mahasisa Katolik di UGM dan Pusat Pastoral Mahasiswa DIY.
Acara diakhiri ramah tamah antar sivitas akademika yang hadir. (Wempi)
Baca juga: Menteri Rudiantara: Berita Hoaks Lahir Bukan karena Era Digital