Misa Syukur Sivitas Akademika Katolik UGM untuk tegaskan Kecintaan pada NKRI

748

Baca juga: Rektor Ajak Masyarakat Rawat Keberagaman di Era Digital

Dalam sambutannya, rektor  UGM menyatakan mendukung komitmen untuk terus menjaga kerukunan antar umat beragama dan memfasilitasi kegiatan peribadatan di lingkungan kampus UGM.

Hal ini dilakukan sebagai contoh untuk membangun  rasa nasionalisme  dan menghargai keragaman dalam menyatukan Indonesia.

“UGM adalah universitas nasional yang bersifat inklusif sehingga UGM selalu berusaha untuk menciptakan suasana nyaman untuk berbagai elemen bangsa yang ada di kampus,” ujar Rektor.

Rektor melanjutkan, mahasiswa UGM berasal dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, mahasiswa baru kita tahun 2019 berasal dari 34 propinsi yang ada di Indonesia.

Suasana mis asyukur yang dihadiri sekitar 1.000 civitas akademika katolik UGM. Foto: Wempi
Suasana mis asyukur yang dihadiri sekitar 1.000 civitas akademika katolik UGM. Foto: Wempi

Baca juga: Pancasila Perlu Dikembangkan sebagai Ideologi Praktis

“Agama para mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan juga bermacam-macam, semua harus bisa berkolaborasi hidup dengan nyaman dan rukun di UGM,” kata Panut.

Sementara itu dalam homilinya Uskup Agung Semarang menyampaikan, mahasiswa Katolik UGM harus bangga menjadi  warga UGM, Indonesia dan keluarga katolik.

Mahasiswa katolik diharapkan  siap mengikuti  panggilan hidup menjadi katolik sepenuhnya dan berperan sebagai garam dan terang dunia di tengah masyarakat dalam situasi apapun selalu menebarkan kebaikan.

“Mahasiswa Katolik bersama sivitas akademika lain diharapkan  untuk selalu menghargai  sesama dan merangkul siapapun di sekitarnya. warga katolik UGM diharapkan untuk semakin inklusif, pancasilais, dan humanis,” pesan Bapak Uskup.

kegiatan perayana misa yang berlangsung selama kurang lebih dua jam diakhiri dengan penyampaian berbagai informasi kegiatan mahasisa Katolik di UGM dan Pusat Pastoral Mahasiswa DIY.

Acara diakhiri ramah tamah antar sivitas akademika yang hadir. (Wempi)

Baca juga: Menteri Rudiantara: Berita Hoaks Lahir Bukan karena Era Digital