Plontjo dan Plontji dalam Penyambutan Mahasiswa Baru UGM Tahun 50-an

1288
Bendera Plontjo dikibarkan sebagai tanda aksi perploncoan mahasiswa baru dimulai. Foto: Majalah Gadjah Mada terbitan Oktober 1953
Bendera Plontjo dikibarkan sebagai tanda aksi perploncoan mahasiswa baru dimulai. Foto: Majalah Gadjah Mada terbitan Oktober 1953

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR  Setiap kampus selalu memiliki cara unik untuk menyambut kehadiran mahasiswa baru, begitu juga dengan UGM.

Tradisi penyambutan mahasiswa baru di UGM bahkan telah berlangsung sejak UGM pertama kali didirikan.

KAGAMA berhasil menemukan serangkaian potret dan catatan mengenai kegiatan ospek atau penyemabutan mahasiswa baru di masa awal berdirinya UGM. Kegiatan tersebut tercatat rapi

Dalam rubrik Snap Shoot di Majalah Gadjah Mada terbitan Oktober 1953, terdapat beberapa catatan dan potret kegiatan ospek yang digelar UGM.

Kala itu UGM yang belum genap berusia 4 tahun menggelar upacara penerimaan mahasiswa baru.

Mahasiswa itu harus meminum ramuan pahit dari sebuah sendok yang disodorkan oleh para mahasiswa senior. Foto: Majalah Gadjah Mada terbitan Oktober 1953
Mahasiswa itu harus meminum ramuan pahit dari sebuah sendok yang disodorkan oleh para mahasiswa senior. Foto: Majalah Gadjah Mada terbitan Oktober 1953

Baca juga: Cerita Arief  Hidayat Pangestu, Gamada Fakultas Hukum yang Dihampiri Menteri Basuki saat Penutupan PPSMB

Uniknya, jika sekarang para mahasiswa baru berbaris menggunakan caping, dahulu mereka diharuskan memakai topi kertas berbentuk kerucut yang agak tinggi.

Sebutan mereka pun unik, mereka dipanggil sebagai Plontjo dan Plontji (dalam ejaan lama) untuk menunjukkan identitas mereka sebagai peserta perpeloncoan.

Sebuah foto paling atas menunjukkan upacara perpeloncoan dimulai dengan dikibarkannya bendera yang mereka sebut “bendera plontjo”.

“Penaikan bendera Plontjo dengan chidmat tanda perpelontjoan dimulai,” tulis catatan di sebelah foto tersebut dengan ejaan lama.

Selain topi, dalam salah satu potret mahasiswa baru tampak dirias sedemikian rupa sehingga mirip dengan badut.

Sebagian mahasiswa membersihkan kotoran kuda di dekat pangkalan andong Jalan Malioboro. Foto: Majalah Gadjah Mada terbitan Oktober 1953
Sebagian mahasiswa membersihkan kotoran kuda di dekat pangkalan andong Jalan Malioboro. Foto: Majalah Gadjah Mada terbitan Oktober 1953

Baca juga: Menjadi Mahasiswa Baru UGM, 8 Hal Menarik Ini Akan Anda Jumpai

Di foto tersebut terdapat seorang mahasiswa Kedokteran yang sedang diplonco.

Mahasiswa itu harus meminum ramuan pahit dari sebuah sendok yang disodorkan oleh para mahasiswa senior.

“Kalau plontji ingin djadi dokter harus tahu pula rasanja levertraan dan air kina,” ungkap catatan di atas foto tersebut.

Selain itu, beberapa mahasiswa  dalam salah satu foto sedang beristirahat setelah mendapat tugas untuk berpura-pura layaknya seorang pelawak di keramaian kota Jogja.

Sebagian mahasiswa lainnya mendapat tugas yang cukup unik, yaitu membersihkan kotoran kuda di dekat pangkalan andong Jalan Malioboro.

Baca juga: Rindu Rumah Saat Merantau? Begini Cara Mengatasinya