Tradisi Luru Duit, Bentuk Eksploitasi Seks Komersial pada Anak

2616

Dengan kelimpahan materi ini seseorang menjadi terangkat status sosialnya.

Tidak heran jika anak yang bekerja sebagai luru duit, justru mendapat banyak pujian.

Luru duit dinggap sebagai profesi yang baik sama seperti profesi lainnya.

Malah, kondisi ekonomi keluarga anak luru duit jauh berbeda dengan anak yang tidak luru duit.

Apabila anak luru duit tertangkap oleh aparat dan dipulangkan, maka ini dianggap sebagai aib bagi keluarganya.

Suksesnya keluarga anak luru duit, menjadi role model bagi keluarga lainnya untuk mendapatkan kemapanan ekonomi.

Tidak sedikit orang tua yang kemudian membujuk anaknya untuk mengikuti jejak tetangganya itu.

Bahkan, sebagian di antaranya menganggap keberadaan luru duit sebagai ajang persaingan.

Sebab, mereka juga tak tanggung-tanggung meminta bantuan dukun agar sukses menjadi luru duit.

Setelah menelusuri lebih dalam, Budi menemukan bahwa luru duit bukan merupakan pilihan profesi masyarakat Indramayu.

“Terbentuknya luru duit sesungguhnya produk dari sejarah panjang prostitusi di Indramayu, kemudian diterima oleh masyarakat sebagia kebiasaan umum,” tulis alumnus S2 Psikologi UGM itu dalam tesisnya yang berjudul Tradisi Luru Duit tahun 2017.

Artinya, luru duit bukan kehendak bebas anak, melainkan sebuah bentuk dari eksploitasi seks komersial anak yang terorganisasi oleh nilai dan budaya setempat.

Anak luru duit pun tak bisa disebut sebagai pelacur, karena sebenarnya mereka merupakan objek yang dilacurkan oleh orang dewasa.

Penggunaan kata luru duit bertujuan untuk memperhalus dan menunjukkan rasa hormat pada perempuan yang melakoninya.

Sebab, menurut masyarakat setempat, pekerja seks mendatangkan keuntungan, meningkatkan status sosial, dan membanggakan keluarga.