Dengan atau Tanpa Pernikahan, Perempuan Tetap Eksis di Ruang Publik

352
Ada berbagai alat bagi perempuan untuk menunjukkan eksistensinya. Foto: grid.id
Ada berbagai alat bagi perempuan untuk menunjukkan eksistensinya. Foto: grid.id

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Pernikahan sebagai institusi yang dipandang melumpuhkan kebebasan perempuan, mendorong munculnya gerakan feminisme.

Perempuan dalam gerakan ini memiliki tujuan untuk menyetarakan keberadaannya dengan laki-laki, agar mereka juga memperoleh kebebasan.

Untuk mewujudkan tujuannya itu, perempuan berusaha menunjukkan eksistensinya di ruang publik dengan tampilan yang berbeda-beda.

Fenomena gerakan feminis ini banyak diurai dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari.

Novel ini menghadirkan beberapa perempuan sebagai tokoh utama.

Berangkat dari latar belakang ini, Kartina dalam penelitiannya terhadap Aroma Karsa menyoroti cara perempuan menunjukkan eksistensinya dan bagaimana mereka mempertahankan eksistensi tersebut.

Kartina merujuk dari pemikiran seorang ahli, bahwa kebebasan perempuan berhubungan dengan eksistensinya, baik di ruang domestik maupun publik.

Eksistensi perempuan dapat diwujudkan dalam bentuk ekspresi tubuh dan pikiran.

Dua cara ini memberikan dampak yang berbeda dan dibutuhkan usaha lebih untuk mempertahankannya.

Dikisahkan kehidupan perempuan dalam situasi pernikahan dan ekonomi yang berbeda.