Keseimbangan Hard Skill dan Soft Skill

1267
Kemampuan memimpin dan berkomunikasi Bob Indiarto diasah kala menjadi mahasiswa UGM. Fajar/KAGAMA.
Kemampuan memimpin dan berkomunikasi Bob Indiarto diasah kala menjadi mahasiswa UGM. Fajar/KAGAMA.

KAGAMA.CO, JAKARTA – Kala masuk Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) di tahun 1980, hal pertama yang muncul di benak Bob Indiarto adalah dia bakal menjalani masa studi untuk waktu yang lama.

Pasalnya, para lulusan Fakultas Teknik Kimia amat langka bisa menyelesaikan studi dalam waktu singkat, rata-rata di atas lima tahun.

“Gambaran itu muncul karena ada dua om saya yang lebih dahulu kuliah di Teknik Kimia UGM.”

“Satu orang lulus kuliah setelah studi enam tahun, sedangkan seorang lainnya malah baru lulus sesudah kuliah selama 11 tahun,” ujar Bob kala ditemui KAGAMA di Jakarta.

Dulu saat semester I hingga IV, bila tidak mencapai 30 kredit dan IP tidak 2 maka langsung drop out (DO).

Di masa awal kuliah, dia tak diperkenankan ibunya untuk ngekos.

Oleh sebab itu, ia dititipkan di rumah kakak sepupu, seorang dosen di Teknik Sipil UGM, di jalan Kaliurang.

Setelah dua tahun tinggal di rumah kakak sepupu, Bob baru diijinkan untuk kos bersama teman-teman.

“Beruntung selama dua tahun, hasil studi saya bagus sehingga diperkenankan untuk kos.”

“Saya pun kos bersama beberapa teman seangkatan di sebuah rumah di kawasan Cik Di Tiro.”

“Jadi, saya tinggal jalan kaki kira-kira 100 meter ke kampus,” tuturnya.

“Seninya ngekos, saya mesti mandiri, seperti mencuci, menggosok baju sendiri, hingga urusan mengisi perut.”

“Selama tinggal bersama kakak sepupu, saya dilayani dan tahu beres saja,” kata lulusan SMA 6 Solo ini.

Bersama teman-temannya, Bob menyewa sebuah rumah besar yang hanya memiliki dua kamar.

Dalam satu kamar bisa menampung lima orang.

“Tahu sendiri kamar anak laki-laki, jarang bersih, berantakan, dan bau asap rokok.”

“Tempat kos saya pun bebas tanpa pengawas sehingga menjadi tempat tongkrongan.”

“Bahkan teman-teman dari luar angkatan ikut kumpul.”

“Kosan saya jadi tempat main dan rapat kegiatan kampus.”

“Aktivitas kami hampir tiap malam adalah merokok dan main gaple, namun kami tetap serius untuk urusan belajar,” paparnya.

Menurut Bob, dalam pikiran banyak orang, belajar di Jurusan Teknik Kimia lebih berkutat mempelajari hal-hal kimia, tapi faktanya justru matematika yang lebih banyak diaplikasikan.

Pelajaran kimia justru hanya sebagai pendukung.

Jurusan Teknik Kimia pun terkenal sebagai tempat studi yang paling sulit.

Bahkan ada matakuliah di bawah seorang dosen, Pak Rubahman, disebut sebagai masa-masa neraka sebab yang lulus terbilang langka atau bisa dihitung pakai jari.

“Di masa itu, kami dapat IP 2 saja sudah senang sekali.”

“Bisa dapat IP 3 merupakan hal yang mewah sekali karena jarang mahasiswa yang mampu.”

“Namun setelah sekian lama kuliah, saya menemukan keasyikan tersendiri belajar di Jurusan Teknik Kimia,” ungkap Bob.

Selain sibuk menekuni studi, ia pun menyeburkan diri aktif di kegiatan organisasi mahasiswa di kampus.

Dia jadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

“Kegiatan organisasi di kampus membentuk leadership hingga kemampuan berkomunikasi saya.”

“Hal itu saya rasakan bermanfaat tatkala saya masuk dunia kerja, sebaliknya disiplin ilmu yang saya pelajari semasa kuliah tak banyak berperan,” kata pria kelahiran Bandung itu.

Setelah enam tahun kuliah di UGM, Bob lulus kuliah dan bergabung dengan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang.

Dia menapak karier dari bawah sebagai staf Process Engineer.

Seiring perjalanan waktu, kariernya menanjak berkat prestasi dan kerja keras sehingga dipercaya menempati berbagai posisi penting.

Sejak 20 April 2016 hingga kini, Bob menempati posisi Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum.

“Kini, saya ingatkan para junior saya agar selalu belajar lebih dari apa yang mereka dapatkan di bangku kuliah.”

“Jangan hanya sekadar belajar hal-hal teknis (hard skill), penguasaan faktor-faktor non teknis (soft skill) juga penting, terutama saat diberi jabatan yang lebih tinggi.”

“Jadi, mesti ada keseimbangan antara hard skill dan soft skill,” pungkas Bob. (Jos)