Berpikir Holistik Soal Link and Match Antara Prodi dan Industri

514

Riset Besar Menjadi Prasyarat

Dalam menanggapi upaya link and match antara prodi dengan industri, Widyanta mengajak semua entitas untuk berpikir secara holistik atau menyeluruh.

Riset besar tentang pergeseran global, nasional, hingga lokal sangat dibutuhkan untuk mengawali upaya ini.

UGM,kata Widyanta, juga perlu melihat adakah perguruan tinggi lain yang melakukan upaya serupa.

Di samping itu, kemampuan lapangan kerja dalam menyerap tenaga kerja perlu digali lebih dalam.

Kecurigaan terhadap over sarjana yang mungkin terjadi perlu jadi perhatian.

“Upaya ini tidak bisa hanya dibicarakan oleh entitas tunggal seperti universitas, tetapi juga perlu berdiskusi dengan pihak lain, misalnya kementerian yang terkait.”

“Parsialitas kebijakan, perguruan tinggi yang belum terhubung dengan perguruan tinggi lainnya, dan kebutuhan nasional dari kebijakan nasional,” ujar pria yang sehari-hari mengajar di Departemen Sosiologi UGM ini.  .

Hal ini dilakukan demi mengantisipasi ketidaksambungan antara logika entitas yang satu dengan lainnya.

Sebab, menurut Widyanta, teknologi tidak hanya digerakkan oleh kita sendiri, tetapi juga orang lain.

Banyak dimensi eksternal perlu dibaca, sehingga masyarakat bisa melihat kecenderungan dan trennya.

Dalam perkembangannya, jurusan saat ini bersifat fungsional. Widyanta mengatakan, adanya permintaan tenaga kerja dari perguruan tinggi untuk industri ini, artinya jurusan tersebut compatible.

Selain itu, pemberian sertifikasi kompetensi oleh pihak SV kepada mahasiswa memang perlu dilakukan.

“Lembaga sertifikasi macam apa yang dibutuhkan, sehingga UGM juga perlu terkoneksi dengan ini”, jelas dosen Sosiologi yang pernah mengajar mata kuliah Kerja, Industri, dan Masyarakat itu.

Adanya riset besar tentang pergeseran global dan prediksinya memberikan gambaran kepada masyarakat tentang sisi strategis perkembangan teknologi.

Upaya link and match tersebut bisa menjadi salah satu contohnya.

Meskipun demikian, perbaikan apa yang dilakukan, jika cara ini tidak lagi strategis?

Prasyarat dasar dan tantangan membangun prodi baru memang tidak mudah.

UGM yang menjadi perguruan tinggi besar, tentunya harus bisa menghimpun semua entitas.

“Big data perlu diimbangi dengan big think, termasuk untuk merintis tambahan tenaga kerja yang perlu dididik secara spesifik,” ucap Widyanta.

Jika ingin membawa konsep link and match antara prodi dengan industri, maka UGM tidak hanya mengurusi pendidikan di kampusnya.

Secara tidak langsung UGM perlu melakukan  bridging dengan dunia industri.