Pagelaran Budaya Imbasadi, Potret Erat Persaudaraan Budaya Daerah

571
Selain lagu khas daerah, para delegasi juga menampilkan kesenian daerah yang lain.(Foto: Dok. Panitia)
Selain lagu khas daerah, para delegasi juga menampilkan kesenian daerah yang lain.(Foto: Dok. Panitia)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Puluhan mahasiswa dari 16 universitas di Indonesia menampilkan berbagai kesenian khas daerahnya di Pagelaran Budaya pada Sabtu (27/4/2019).

Pagelaran Budaya ini merupakan puncak dari acara Sarahsehan Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia (Imbasadi) V 2019.

Acara Pagelaran Budaya ini menjadi ajang para delegasi untuk saling mengenalkan budaya dan tradisi dari masing-masing daerah.

Seperti yang ditampilkan oleh delegasi dari Universitas Pendidikan Indonesia yang mempersembahkan lagu khas dari tanah Pasundan untuk diperdengarkan di Pagelaran tersebut.

Selain lagu khas daerah, para delegasi juga menampilkan kesenian daerah yang lain. Di antaranya seperti wayang, monolog, drama, tari, hingga geguritan.

Menurut Ulin Nafiah, delegasi dari Universitas Negeri Semarang, penampilan semua peserta sangat unik.

Pasalnya, kesenian yang dibawa berbeda-beda daring setiap delegasi.

Penggunaan properti, bahasa dan kostum yang beragam juga menambah nilai tersendiri baginya.

Acara Pagelaran Budaya ini menjadi ajang para delegasi untuk saling mengenalkan budaya dan tradisi dari masing-masing daerah.(Foto: Dok. Panitia)
Acara Pagelaran Budaya ini menjadi ajang para delegasi untuk saling mengenalkan budaya dan tradisi dari masing-masing daerah.(Foto: Dok. Panitia)

Dari penampilan para delegasi yang sudah ia saksikan, Nafiah paling berkesan dengan penampilan dari delegasi Universitas Negeri Makassar (UNM).

Mahasiswa UNM menampilkan kesenian Royong dan Aru. Sebuah nyanyian untuk bayi yang baru berusia 40 hari.

“Paling berkesan ya penampilan ini (UNM), karena dia kan cowok, tapi meraninnya jadi Ibu gitu. Bisa peranin peran cewek gitu,” terang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa angkatan 2015 ini.

Penampilan tersebut mempertontonkan seorang laki-laki yang telaten menggendong anaknya.

Sembari memberikan susu botol pada sang anak, lelaki tersebut kemudian bernyanyi tanpa ada iringan musik.

Nafiah mengaku sudah mengikuti acara serupa sebanyak dua kali.

Tahun lalu ia mengikuti acara ini yang diselenggarakan di Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Baginya, tidak ada yang banyak berubah dari konsep acaranya.