Mobilitas Penduduk Tinggi, Salah Satu Faktor Penyebab Penyakit Infeksi Menular

2368

Benar adanya bahwa perkembangan teknologi menambah mobilitas penduduk.

Hal ini diiringi dengan gaya hidup, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah pasien penyakit menular dan tidak menular.

Sedikit informasi, penderita malaria di Indonesia berkurang lebih dari 50 persen dari hasil pengamatan yang dilakukan tahun 2012-018.

Sementara itu, 76 persen penduduk Indonesia sudah tidak tinggal di daerah endemis.

Lain dengan malaria, prestasi masih belum dicapai dalam penanganan kasus DBD.

“Masyarakat semakin rawan terkena DBD seiring dengan curah hujan yang  terus meningkat.”

“Kemenkes saat ini sedang merealisasikan program pemberdayaan masyarakat satu rumah satu jumantik,” ungkap Suwito.

Dalam program ini, kata Suwito, diharapkan ada satu orang jumantik yang mengawasi dan melaksanakan 3M.

Perlu diatasi dengan melakukan kerja sama lintas sektor, misalnya Kemenkes dan Kementerian Pertanian untuk melakukan upaya pencegahan penyakit.

Tantangan pencegahan Zoonosis terletak pada masih tingginya jumlah penderita penyakit ini. Sebanyak delapan wilayah masih ada yang terserang rabies.

Terdapat 98 persen pasien mengidap penyakit ini karena terinfeksi dari gigitan anjing yang juga terkena rabies.

Adapun terkait eliminasi filiarial dan schistosomiasis, Kemenkes melakukan pemberian obat pencegahan massal.

Sebab menurut Suwito, penyakit ini secara lebih luas berujung pada kecacatan, penurunan derajat manusia, menghambat pembangunan manusia, dan meningkatkan dampak sosial ekonomi.

Berikutnya ada jumlah penderita HIV masih tinggi karena faktor transfusi darah dan hubungan seksual.

Meningkatkan cakupan penanganan HIV, Kemenkes memberikan edaran untuk stadar pemeriksaan.

Terakhir ada Tuberkulosis (TB), khususnya TB RO jumlahnya kini meningkat.

Perlu diketahui bahwa penularan bakteri TB RO lebih ganas dari TB biasa, biaya pengobatan lebih mahal, dan masa pengobatan 12-20 bulan.

“Dari kondisi ini diharapkan masyarakat lebih waspada saat melakukan mobilitas. Upaya pencegahan penyakit infeksi menular membutuhkan peran pemerintah, akademisi, maupun masyarakat itu sendiri,” pungkas Suwito. (Kinanthi)