Ramuan Tradisional Jamu, Kaya Khasiat dan Nilai Budaya

1500

Dalam paparannya itu, Saktimulya tidak menyarankan ibu hamil untuk minum jamu di awal masa kehamilannya.

“Jamu kurang baik diminum di bulan-bulan awal kehamilan. Pada masa ini, lebih diutamakan untuk membangun mental, spiritual, dan rasa yang positif,” jelas Ketua Prodi Sastra Jawa ini.

Mustofa kemudian menambahkan, pada tri semester kehamilan, organ tubuh bayi mulai terbentuk, sehingga tidak disarankan minum jamu karena dikhawatirkan bisa menimbulkan efek samping.

Zat thalidomide merupakan salah satu zat yang bisa memunculkan efek samping ini. Efek samping jamu sama halnya dengan obat penenang. Jika diminum berpotensi menimbulkan cacat pada bayi.

Salah satu komponen pendukung pertumbuhan tanaman-tanaman bahan pembuat jamu adalah iklim. Bahan pembuat jamu bisa tumbuh subur di daerah pegunungan. Namun, hal ini juga kembali lagi pada kondisi tanaman itu sendiri.

“Jamu bisa tumbuh subur di pegunungan, karena di daerah tersebut banyak mineral yang dikeluarkan. Walaupun demikian, iklim yang cocok tergantung kondisi tanaman, mintanya iklim seperti apa,” ungkap Djoko ketika ditanya soal iklim yang cocok bagi tanaman bahan pembuat jamu.

Dalam perkembangannya di dunia bisnis, obat tradisional (dalam hal ini termasuk jamu) jika dibandingkan dengan obat modern mempunyai biaya produksi yang cenderung berbeda. Djoko berpendapat bahwa obat modern umumnya sudah mempunyai jangka waktu produksi yang cukup lama, sehingga produksi obat meningkat dan biaya produksinya bisa lebih murah.

Sementara obat tradisional, karena pengolahannya terbilang rumit, biaya produksinya tidak selalu bisa ditekan. “Ini yang menjadi tantangan kita bersama dalam mengembangkan obat tradisional,” pungkas Djoko.

Masih berbicara soal produksi, Mustofa menyatakan bahwa meskipun biaya produksi obat tradisional terkadang mahal dan proses produksinya hampir sama dengan obat modern, obat tradisional mempunyai khasiat yang belum tentu sama dengan obat modern.

Seiring dengan perkembangan zaman, kata Mustofa, eksistensi jamu terbawa arus modernisasi. Khasiat jamu dari dulu hingga kini tak berubah. Tetapi, banyak orang saat ini tidak ingin mengonsumsi jamu dengan berbagai alasan.

Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat hari ini untuk melestarikan jamu, terutama dari segi nilai budayanya. Misalnya dengan membiasakan diri minum jamu dan mengkampanyekan manfaat minum jamu kepada masyarakat.

Trisula Aji selaku Ketua Pelaksana Acara menyatakan bahwa jamu atau ramuan tradisional merupakan isu yang menarik untuk dibahas. Pihaknya menilai bahwa ramuan tradisional ternyata mempunyai makna yang luas.

“Kita sebagai masyarakat umum bisa membahas atau mengkajinya dari berbagai sisi. Misalnya dari khasiat atau nilai-nilai budayanya,” pungkas Aji.

Acara yang dihadiri delegasi oleh Program Studi Sastra Daerah se-Indonesia ini didukung antara lain oleh PT Nusantara Sawit Persada dan PT Herbatama Indo Perkasa. Rangkaian acara Sarasehan V IMBASADI 2019 berlangsung sejak 25-29 April. Acara puncak ditandai dengan Pergelaran Budaya dari masing-masing delegasi pada Sabtu (27/04/2019) di Auditorium Gedung Poerbatjaraka, FIB UGM.(Kinanthi)