Berawal dari KKN, Waterplant Community Wujudkan Masyarakat Mandiri Kelola Air Bersih

666
Program pengelolaan air bersih ini menjadi role model di berbagai desa di luar DIY.(Foto: istimewa)
Program pengelolaan air bersih ini menjadi role model di berbagai desa di luar DIY.(Foto: istimewa)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) masih menjadi tugas akademik yang wajib diikuti mahasiswa. Bertahun-tahun dilaksanakan, KKN terus mengalami dinamika.

Banyaknya perubahan dari segi prosedur, dukungan dari pihak kampus, hingga mindset dan mental yang dibawa mahasiswa saat melaksanakan KKN, cukup menjadi perhatian. Tidak hanya alumni yang berkomentar demikian, tetapi hal ini juga tak jarang dirasakan oleh mahasiswa KKN itu sendiri.

Dalam acara Sharing Session bersama Unggul Adri, Coordinator Waterplant, yang diselenggarakan oleh Fisipol Creative Hub di Digilib Cafe (25/04/2019), banyak dibahas mengenai perbandingan KKN dulu dan kini.

“Idealisme mahasiswa KKN zaman sekarang sudah berkurang. Kebanyakan mahasiswa melaksanakan KKN hanya untuk memenuhi kewajiban,” ujar Unggul.

Diceritakan oleh Unggul bersama beberapa orang tim KKN-nya yang hadir, mereka melaksanakan KKN yang tidak biasa. Unggul dan tim KKN-nya melaksanakan KKN tematik, yang berfokus pada pengelolaan air bersih ‘Air Gua Plawan’ yang dilaksanakan pada tahun 2006-2008.

Sharing Session bersama Unggul Adri, Coordinator Waterplant.(Foto: Kinanthi)
Sharing Session bersama Unggul Adri, Coordinator Waterplant.(Foto: Kinanthi)

Dalam perjalanannya, program KKN ini memberikan dampak positif, respon yang baik, dan dukungan dari berbagai pihak. Berangkat dari momen ini terbentuklah wadah yang disebut Waterplant Community (WC). Kini Waterplant sudah berkembang menjadi lembaga non pemerintah yang membantu persiapan KKN tematik air bersih.

Dalam membentuk kelompok sampai pelaksanaan KKN tematik ini, diakui Unggul bukan proses yang mudah. Penyusunan konsep sampai pematangan program berlangsung setahun, baru setelah itu Unggul bersama timnya bisa mengeksekusinya.

Program KKN tematik Eksploitasi Air Gua Plawan Menggunakan Energi Terbarukan dilaksanakan di Gua Plawan, Desa Giricahyo, Kabupaten Gunungkidul. Tim KKN Unggul menyelesaikan program dalam lima tahap KKN Tematik dalam kurun waktu dua tahun.

“Saat itu penduduk butuh biaya untuk pengelolaan air bersih, terutama dari segi pembangunan infrastrukturnya,” ungkap alumnus Departemen Ilmu Komunikasi UGM ini.

Berkat respon positif dari masyarakat dan dukungan dari para stakeholder, program ini bisa menghimpun dana sampai 2,5 miliar dan diresmikan oleh Kementerian PUPR. Dengan ini pengelolaan air bersih dari Gua Plawan memberikan dampak baik bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat Desa Giricahyo.

Program pengelolaan air bersih ini kemudian menjadi role model di berbagai desa di luar DIY.

“Beberapa desa akhirnya minta dilatih oleh kami. Mereka kami bawa langsung ke Gua Plawan untuk dilatih,” paparnya.

Dalam perkembangannya, kini 50 persen dari 80 persen air bersih yang ada dipasok dari Perusahaan Air Minum Desa (PAMDES). Waterplant menentukan target 74 persen air bersih sudah tersebar di wilayah DIY.

Dari upaya ini, Unggul menyadari bahwa pendekatan yang lumpuh dari pemerintah bisa digarap bersama. Namun, proses ini juga tak luput dari kendala.

Banyak di antara pihak terkait yang terlibat dari proses pembangunan, termasuk penduduk, terjebak dalam paradigma pembangunan yang salah.

“Masih ada orang yang mempunyai mental hanya ingin menerima tanpa menjadi masyarakat yang mandiri,” jelas Unggul tentang salah satu kendala yang dihadapinya.