Ingin Melestarikan Cagar Budaya, Yenny Jadi Lulusan Terbaik Pascasarjana FIB UGM

2019
Saya merasa bahwa kita harus maju di bidang cagar budaya, karena kita sudah mengalami banyak ketertinggalan di bidang tersebut.(Foto: istimewa)
Saya merasa bahwa kita harus maju di bidang cagar budaya, karena kita sudah mengalami banyak ketertinggalan di bidang tersebut.(Foto: istimewa)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Meraih gelar master bukan perjuangan yang mudah. Tantangan demi tantangan harus dilalui demi menyelesaikan apa yang sudah di mulai.

Mengurus keluarga dan bekerja, sambil menempuh pendidikan S2 menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Yenny Supandi.

Rabu (24/04/2019) bukan hari biasa bagi Yenny. Ia telah resmi menyandang gelar master dari Departemen Arkeologi UGM dengan predikat cumlaude, bahkan menjadi wisudawan terbaik di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM dengan IPK 3.94.

“Terus terang saja ini unexpected, karena saya ibu yang bekerja, jadi dobel bebannya.  Prestasi akademik itu tak pernah jadi target saya. Hari-hari kuliah berjalan seperti biasa. Cuma prinsip saya, apa yang ada di depan saya saat itu akan saya kerjakan dengan sebaik-baiknya,” ujar Yenny kepada Kagama.

Selama kuliah, waktu luang yang ada Yenny gunakan untuk banyak membaca buku dan jurnal demi persiapan tugas kuliah yang lebih baik.

Tak hanya itu, Yenny banyak menghadapi tantangan saat membagi waktu antara belajar dan mengurus anak. Usia anak yang masih cukup dini, membuat Yenny perlu fokus mengurus anak saat sudah di rumah.

Untuk itu, kegiatan belajar Yenny lebih banyak dilakukan di kampus. Dengan pengalaman ini, Yenny seterusnya berusaha membagi waktu dengan bergantian dan fokus terhadap yang dijalaninya saat itu.

Pekerjaannya sebagai Pengkaji di Balai Konservasi Borobudur, membuat Yenny termotivasi untuk mengambil pendidikan Magister Arkeologi UGM. Selama ini Yenny bertugas mengembangkan metode konservasi dan penelitian konservasi cagar budaya di seluruh Indonesia.

“Sebagai pengkaji dan peneliti saya harus mengembangkan diri. Harus improve,” tutur ibu dua anak ini.

Punya kesempatan untuk menempuh pendidikan S2, diakuinya merupakan kesempatan terakhir. Yenny diterima sebagai mahasiswa S2 tahun 2016 di saat menginjak usia 37 tahun lebih. Meskipun begitu, bagi Yenny tidak ada kata terlambat untuk selalu belajar dan mengembangkan talenta yang diberikan oleh Tuhan.

Semasa kuliah, Yenny mempunyai banyak kesan yang mendalam terhadap bidang yang digelutinya, serta intelektualitas dari orang-orang di lingkungan kampus.