Kondisi Demokrasi Hari Ini dan Upaya Membentuk Citizenship di Indonesia

466

Secara singkat Mada menyimpulkan bahwa politik uang banyak terjadi di kepemimpinan periode 2014-2019 ini.

“Pileg 2014, praktik politik legislatif ini terburuk sepanjang reformasi. Pesimis situasi politik ke depan akan lebih baik,” ujar Sekretaris DPP ini.

Masih berkaitan dengan pola perilaku masyarakat dalam dunia politik, Gerry dalam bukunya lebih berfokus pada bagaimana seharusnya citizenship didefinisikan. Dalam bukunya itu, Gerry mengilhami pemikiran Aristoteles.

“Citizenship merupakan keanggotaan komunitas politik yang membawa kewajiban dan hak. Artinya rakyat ambil bagian dari pemerintah. Segalanya diputuskan bersama. Pemimpin tidak hanya memerintah, tetapi ia juga harus mau diperintah,” pungkas Gerry.

Menurut Gerry, sangat baik apabila citizenship bersikap politis, ada kewajiban membangun komunitas politik yang bagus. Bukan melanggengkan percaturan politik antar elite penguasa saja. Tetapi kehidupan politik dilaksanakan bersama.

Sementara di Indonesia sendiri, citizenship hanya menjadi penurut. “Misalnya KTP, ini terlalu statis mendefinisikan citizenship. Definisi tersebut harusnya dinamis, ada perjuangan di situ,” jelas Gerry.

Berbeda dengan Mada, Wawan yang membahas buku Citizenship in Indonesia merasa bahwa buku ini sudah cukup memberikan referensi lebih jauh tentang Citizenship.

“Kerangka yang ditawarkan untuk memahami citizenship cukup komprehensif. Paling menarik adalah hak-hak ekspresi politik dan sosial ekonomi yang berkaitan dengan kesejahteraan,” pungkas Wawan.

Menurutnya, negara hanya satu bagian dari pemenuhan kesejahteraan dalam konteks pemikiran citizenship. Untuk mengetahui gambaran jelas tentang citizenship, Wawan menilai hal itu bisa diketahui dengan mengamati politik identitas yang terjadi.

Berangkat dari buku ini, Wawan merasa perlu adanya studi lanjut tentang faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan demokrasi di suatu negara. Meskipun tak bisa menyatakan berhasil atau gagal, Wawan punya gambaran tersendiri.

“Kondisi masyarakat ‘statis’ dalam hal ini tak berdaya memang masih ada. Namun, sisi positifnya demokrasi saat ini lebih otonom. Ada ruang bagi masyarakat untuk membentuk citizenship. Cara masyarakat berhubungan dekat dengan pemerintah semakin canggih,” demikian Wawan menyimpulkan.(Kinanthi)