Relasi Kerabat, Modal Sosial bagi Proses Kreatif Kelompok Kartunis

385
Para kartunis saling berkompetisi dan bersinergi menjawab tantangan zaman, yang mengandalkan relasi sosial sebagai kekuatan.(Foto: regional.kompas.com)
Para kartunis saling berkompetisi dan bersinergi menjawab tantangan zaman, yang mengandalkan relasi sosial sebagai kekuatan.(Foto: regional.kompas.com)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Kekuatan dari sebuah komunitas datang dari berbagai sumber, salah satunya relasi kerabat yang dibangun di dalamnya. Relasi kerabat dibangun atas dasar kesamaan tempat tinggal dan kecintaan mereka terhadap tempat tinggal tersebut, serta budaya asli komunitas.

Tak hanya sebagai kekuatan berdirinya komunitas, relasi kerabat mempengaruhi produktifitas para anggotanya. Lalu, bagaimana relasi kerabat ini memainkan perannya?

Roikan dalam tesisnya yang berjudul Kartun Cita Rasa Kaliwungu: Studi Modal Sosial dalam Proses Kreatif Kelompok Kartunis Kaliwungu (KOKKANG), Kendal, Jawa Tengah (2015), menjelaskan bahwa relasi sosial KOKKANG menjadi kekuatan mereka dalam mengembangkan diri.

Dewasa ini perkembangan teknologi membawa perubahan pada piranti yang digunakan KOKKANG dalam membuat karya. Piranti yang dimaksud seperti perangkat lunak (software) yang menunjang kinerja seorang kartunis, misalnya Corel Draw, Photoshop, hingga 3D yang memudahkan pekerjaan kartunis.

Selanjutnya, mereka ditantang oleh zaman untuk menguasai piranti modern ini. Walaupun demikian, masih ada kartunis yang berkreasi dengan cara manual. Dalam berbagai proses kreatif ini, para kartunis saling berkompetisi dan bersinergi menjawab tantangan zaman, yang mengandalkan relasi sosial sebagai kekuatan.

Tantangan lain yang dihadapi para kartunis sejak dulu yaitu dinamika ekonomi dalam lingkup usaha penerbitan dan media. Lingkup ini menjadi lahan mereka memperoleh penghasilan atas karya yang mereka buat.

“Kartun sebagai industri kreatif yang menekankan pada bagaimana seorang kartunis dapat berkarya dan memasarkan karyanya tersebut baik sebagai kartunis kontributor maupun sebagai illustrator untuk penerbit,” tulis Roikan dalam tesisnya untuk meraih gelar S2 Ilmu Antropologi UGM.