Situs Warungboto, Dulu dan Kini

1673
Situs Warungboto dibangun setelah Pesanggrahan Tamansari, tepatnya pada tahun 1765 M.(Foto: jogja.tribunnews.com)
Situs Warungboto dibangun setelah Pesanggrahan Tamansari, tepatnya pada tahun 1765 M.(Foto: jogja.tribunnews.com)

KAGAMA, YOGYAKARTA – Yogyakarta senantiasa menjadi kota yang kaya akan warisan budaya. Situs Warungboto atau Pesanggrahan Rejawinangun, merupakan salah satu peninggalan sejarah. Sirus tersebut kental akan budaya Kraton Yogyakarta dan eksistensinya.

Jika para wisatawan sering mengunjungi Tamansari, Situs Warungboto ini tidak kalah menarik. Bangunan yang dibangun sejak masa Sri Sultan Hamengkubuwono II ini, kini menjadi tempat favorit bagi wisatawan untuk berfoto.

Di kala Pesanggrahan Tamansari sedang ramai dan kurang bisa dinikmati keindahannya, Situs Warungboto bisa menjadi alternatif.

Situs Warungboto dibangun setelah Pesanggrahan Tamansari, tepatnya pada tahun 1765 M. Dikutip dari website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dulunya tempat ini dibangun untuk meningkatkan eksistensi kerajaan, serta sebagai sarana dan prasarana.

Pada zaman itu, kerajaan lebih banyak memanfaatkan sarana ini untuk beristirahat dan menjadikannya tempat pemandian.

Saat ini di sisi timur Situs Warungboto sedang dilakukan penggalian situs baru yang konon masih berhubungan dengan pesanggrahan ini.(Foto: Kinanthi)
Saat ini di sisi timur Situs Warungboto sedang dilakukan penggalian situs baru yang konon masih berhubungan dengan pesanggrahan ini.(Foto: Kinanthi)

Secara fisik Situs Warungboto terbuat dari batu bata tanpa kayu. Bangunan inti yang ada didalamnya dianggap sakral. Hal ini yang kemudian menjadi daya tarik dari Situs Warungboto, kekunoannya tak tergerus oleh zaman.

Iwan, salah satu penduduk setempat yang ikut mengelola Situs Warungboto mengatakan bahwa situs ini menjadi tempat wisata baru di Yogyakarta. Para wisatawan tidak hanya datang untuk berfoto, tetapi juga mengadakan acara khusus. Contohnya pada awal April mendatang, ada sebuah LSM yang akan mengadakan acara padusan di situs ini.

Ada juga yang memanfaatkan tempat ini untuk foto prewedding. Pengunjungnya belum terlalu ramai, seiring dengan pembangunan dan perbaikan fasilitas yang sedang diupayakan. Biaya masuknya pun terbilang cukup murah.

“Karena masih banyak yang perlu dibangun, jadi kalau mau bikin acara di sini masih gratis,” ungkapnya saat sedang menjaga area parkir di sekitar situs.

Sejauh ini para pengunjung berasal dari kalangan anak muda dan orang tua. Mereka datang dari Yogyakarta dan sekitarnya, bahkan ada yang dari luar kota.