Sulastomo Raharjo: Memulai Aksi Nyata dari Dunia Maya

532

Inisiator Kagama Virtual

Berdasarkan pengamatannya saat itu, milis-milis internet dipenuhi dengan perdebatan SARA dan politik. Akan tetapi, ia sendiri tak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Saat Tomo mulai membuat grup Kagama Virtual di Facebook pada 2009, ia tetap tak melarang perdebatan hadir di antara jebolan Kampus Biru.

Lama-kelamaan, Tomo mulai sadar bahwa perdebatan yang ada sama sekali tak produktif karena melulu membahas hal-hal yang melangit saja. Oleh karenanya, sejak 2010 ia mengajak para alumni untuk terlibat dalam aksi nyata seperti patungan beasiswa untuk mahasiswa, atau memberi pelatihan keterampilan bagi para mahasiswa UGM.

Seruan tersebut tak membuat rasa kritis di dalam grup hilang. Menurut pengakuan Tomo, kritik dan perdebatan tetap diizinkan asal berdasarkan data yang kuat. Jika data dianggap tidak relevan—apalagi sampai menyebar hoaks dan ujaran kebencian—anggota grup lainnya boleh menegur dengan keras.

Berkat inisiatifnya, Tomo sempat diberi penghargaan oleh UGM sebagai tanda jasa kontribusinya dalam membangun jaringan Beasiswa Kagama  yang diberikan untuk mahasiswa S1. Kini, pria yang gemar membaca karya-karya sejarah dari para Indonesianis ini mulai memetik buah dari gagasan yang ditanamnya dalam grup Kagama Virtual.

Berawal dari grup silaturahmi—yang juga diiisi dengan perdebatan—Kagama Virtual telah menelurkan berbagai komunitas lain seperti Kagama Anggrek, Kagama Menulis, Kagama Lari, serta Kagama Care. Tiga komunitas ini masing-masing telah berkontribusi melalui aksi nyata dalam bidang pelestarian anggrek, pelatihan menulis, pemberian beasiswa, hingga bantuan kemanusiaan bagi korban bencana di Lombok dan Palu.

Aksi-aksi tersebut rupanya dianggap belum cukup oleh Tomo. Menurut karyawan PT Chevron Indonesia ini, alumni UGM seharusnya bisa berbuat lebih banyak bagi orang-orang yang kurang beruntung dalam hidupnya.

“Kita ini the lucky few. Bayangkan berapa banyak yang ingin masuk UGM dan berapa banyak yang diterima. Saya dan teman-teman lainnya mungkin suatu saat nanti sudah tak ada. Tapi dengan melihat perbandingan itu, seharusnya kita sadar perlunya membangun komunitas-komunitas baru yang migunani tumraping liyan,” berguna bagi orang lain, pungkasnya penuh harap.(Venda)