Mengenal Lebih Dekat Ki Aji Carito, Dalang Muda dari UGM

2271

“Kadang sebelum tidur saya sempetkan megang wayang atau sekadar latihan suluk. Kalau di jalan atau di dalam kelas nganggur, saya sempatkan dengerin wayang. Tapi biasanya akhir pekan sayaselalu ada latihan rutin,” Jelas Aji.

Menginjak masa kuliah kesibukan Aji semakin bertambah. Untuk latihan Ia mengaku beberapa kali terkendala batas akhir pengerjaan tugas dan jadwal kuliah yang padat. Terkadang jadwal pengumpulan tugas dan kuliah sering bentrok dengan agenda pentas atau latihannya.

“Jadi harus pintar memanfaatkan kesempatan dan mengatur waktu,” ungkapnya.

Walaupun demikian Aji megaku sangat senang menggeluti dunia pewayangan. Ia mengungkapkan bahwa hal tersebut ia gunakan sebagai salah satu media berekspresi dan menyampaikan pendapat. Selain itu ia merasa bangga dan senang turut berperan dalam melestarikan budaya Jawa yang menurutnya masih minim peminat di kalangan muda.

“Belajar wayang, ngedalang atau belajar dalang ini kan juga untuk pengembangan serta pelestarian budaya, jadi saya sangat senang di situ. Walaupun sederhana saya merasa berperan memberikan sumbangsih untuk negara dan bangsa,” tutur Aji.

Walaupun menghabiskan waktu banyak untuk latihan, Aji mengaku masih mendapat IPK yang bagus. Di tengah kesibukannya berlatih wayang, ia menyempatkan turut aktif di Gamasutra, grup karawitan Jurusan Sastra Jawa UGM.

Ketika ditannya tentang suka dan duka menjadi dalang, Aji menegaskan bahwa dirinya menjalaninya sebagai hobi dan panggilan jiwa.

“Duka pasti kalau dijabarkan ada, tapi kan saya menjalani ini sebaagi hobi dan panggilan jiwa,” ujarnya.

Menurut mahasiswa angkatan 2016 ini, yang disayangkan adalah saat antusias masyarakat terhadap pertunjukan tinggi, namun terkendala finansial. Lantaran biaya pertunjukan terbilang mahal, kerap kali Aji menjumpai masyarakat di sekitarnya gagal menanggap wayang.

“Banyak yang berkeinginan menyelenggarakan wayang, tapi karena biaya yang tidak murah, seringkali gagal,” ungkapnya.

Dalam pagelaran wayang di halaman rektorat lalu Aji membawakan lakon Saptaarga Binangun. Lakon tersebut bercerita tentang Resi Wiyasa yang ingin mengumpulkan keturunannya di Wukir Saptaarga.

Pandawa dan Resi Kresna yang merupakan keturunan Resi Wiyasa merasa perlu untuk menyelenggarakan upacara penghormatan terhadap leluhurnya (Resi Wiyasa).

Namun di sisi lain, pihak Kurawa justru ingin berbuat onar pada momen tersebut karena merasa teehina. Kurawa bersekongkol dengan salah satu raja raksasa Prabu Danukawaca untuk menghancurkan Wukir Saptaarga.(Thovan)