Warung Burjo, Tempat Makan “Cepat Saji” Andalan Mahasiswa 

1698
Warung Burjo.(Foto: cahkere.com)
Warung Burjo.(Foto: cahkere.com)

KAGAMA.CO, YOGYAKARTA – Pukul 16.00 WIB di jalanan dekat UGM seringkali macet. Hal itu disebakan lalulintas para mahasiswa dan pekerja yang pulang ke rumh atau kos.

Sore itu KAGAMA mengikuti Andre, salah satu mahasiswa Vokasi angkatan 2016 menuju Burjo langganannya. Burjo Sumvit namanya, terletak di sebelah Bunderan UGM.

Bagi sebagian orang yang pernah singgah di Jogja tentu Burjo tidaklah asing. Warung makanan yang dulunya khas dengan bubur kacang ijo sebagai salah satu hidangan tersebut sudah sejak lama menjamur di Jogja. Rata-rata pekerja dan pemiliknya adalah perantauan dari Kuningan, Jawa Barat.

Hari itu Andre datang dan langsung memesan sepiring nastel, akronim akrab untuk nasi telor. Dalam seminggu ia mengaku bisa berkali-kali ke Burjo hanya untuk makan nastel. Hal itu ia lakukan karena selain murah, Burjo juga terdapat di banyak tempat.

“Murah, pilihan makanan banyak, walaupun saya sih pilih Nastel saja, Burjo semacam restoran makanan cepat sajinya mahasiswa,” ungkap Andre dengan diiringi tawanya.

Dahulu bubur kacang ijo selalu ada di setiap Burjo sebagai salah satu menu khas. Kini seiring berjalannya waktu dan penyesuaian menu, banyak Burjo yang tak menyediakannya lagi.

“Dulu saya sering beli, tapi sepertinya tidak banyak peminat jadi dihapus dari menu,” tutur Andre dengan agak kecewa.

Walaupun bubur kacang ijo dihapus dari menu, hal itu tidak menjadikan Burjo sepi peminat. Hampir di setiap sudut kota Jogja, setiap saat Burjo selalu didatangi pelanggan.

Asep, salah satu pelayan Burjo mengaku kadang kewalahan dengan pelanggan yang membludak. “Kita sih senang, tapi kadang banyak dan agak kewalahan. Ya saya syukuri saja,” tutur Asep dengan aksen Sundanya yang khas.

Asep mengaku menjadi pelayan Burjo lantaran diajak tetangganya di kampung. Ia digaji lumayann dan pulang ke kampungnya di Kuningan setahun sekali ketika lebaran.

“Lumayan bisa bantu-bantu ekonomi orang rumah,” ujar Asep.

Selesai makan Andre mengambil sebatang rokok eceran dan tampak berbincang akrab dengan pelayan Burjo. Menurutnya itu karena ia sangat sering ke Burjo tersebut dan saling kenal dengan penjualnya.

“Namanya mahasiswa harus berbaur mas, ngobrol ngalor ngidul di warung, anak anak UGM kan gitu to,” ucapnya dengan bangga.(Thovan)