Semarak Warna Wastra Indonesia

356
Fashion show bertajuk
Fashion show bertajuk "The Modest Heritage of Indonesia" mempromosikan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia lewat kain-kain tradisional. Foto : KBRI Den Haag

KAGAMA.CO, DEN HAAG – Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag menyelenggarakan fashion show bertajuk “The Modest Heritage of Indonesia” atas kerja sama dengan Pelangi Wastra Indonesia di  Museon, Den Haag, Jumat (7/12/2018).

Ada enam orang perancang busana, seorang perancang sepatu, dan seorang perancang tas tergabung dalam kelompok ini.

The Modest Heritage of Indonesia diselenggarakan dengan tujuan untuk mempromosikan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia lewat kain-kain tradisional, yang menjadi bahan rancangan fashion Pelangi Wastra Indonesia, di samping untuk meningkatkan hubungan persahabatan antara Indonesia dan Belanda.

“Indonesia terdiri atas ribuan pulau dan ratusan suku bangsa dengan latar belakang etnis, bahasa, dan budaya yang berbeda-beda, termasuk tekstil uniknya yang sudah dikenal dunia, seperti batik,” kata Duta Besar Wesaka Puja dalam sambutannya di hadapan lebih dari 200 orang tamu yang hadir dalam acara tersebut.

“Lewat fashion show ini, saya berharap Anda semua mendapat gambaran tentang Indonesia dengan kekayaan budaya, serta gambaran tentang industri kreatif yang makin berkembang di Indonesia,” ucapnya lagi.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Duta Besar Wesaka Puja mengutip sebuah kutipan, yang dikaitkan dengan label mode Cushnie et Ochs, “Life is too short to wear boring clothes.”

Kedelapan perancang mode yang tampil pada fashion show tersebut adalah Leny Rafael, yang membuat rancangan dengan tenun Badui, Adelina Willy Suryani dengan sutra Garut, Rizki Permatasari dengan kain khas Sumba, Dwi Lestari Kartika dengan batik Bekasi, Gita Orlin dengan batik Trenggalek, Melisa A. Bermara dengan karya-karya yang terinspirasi oleh burung Enggang khas Kalimantan, Lala Gozali dengan kain lurik Jawa, dan Putri Permana dengan tas Jepara.

Acara berlangsung mulai pukul 16.00 hingga 22.00, dimulai dengan talkshow bertajuk Wastra Indonesia, Timeless Sources of Inspiration, dipandu oleh Yetty Haning dari Centre for Culture and Development Belanda (CCD-NL).

Salah satu program CCD-NL untuk tahun 2019 adalah “Binding with Ikat” dengan mengirimkan tiga orang desainer Belanda ke Kupang untuk bekerja sama dengan para pengrajin dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, mendalami teknik maupun desain tenun ikat.

Ketiga desainer Belanda tersebut sekembalinya ke Belanda akan menghasilkan suatu karya yang terinspirasi dari tenun ikat.

Hasil karya mereka akan dipamerkan di Eindhoven Design Week bulan Oktober 2019 dan beberapa museum di Belanda.

Diharapkan hasil karya mereka tersebut dapat pula dipamerkan di InaCraft dan Indonesia Fashion Week 2020.

Setelah jamuan makan malam yang menyajikan makanan khas Indonesia sate ayam dengan lontong, nasi goreng kambing dengan acar dan bakwan sayur, pukul 18.30 acara dilanjutkan dengan peragaan mode yang dibagi dalam dua sesi.

Tampil pada sesi pertama, Leny Rafael dengan karya-karyanya, disusul oleh Dwi Lestari Kartika dan Putri Permana.

Usai sambutan Duta Besar, peragaan mode sesi kedua menampilkan karya-karya Rizki Permatasari, Lala Gozali, Adelina Willy Suryani, Melisa Bermara, dan Gita Orlin.

Sebagai penutup rangkaian acara The Modest Heritage of Indonesia, para undangan dipersilakan untuk mengunjungi bazzaar, yang digelar di samping kiri kanan catwalk.

Fashion show ini didukung pula oleh perancang perhiasan BaroQco dan Ferlin Yoswara, serta Garuda Indonesia.

Ferlin Yoswara adalah desainer muda Indonesia pertama yang mendapatkan startup visa dari Pemerintah Belanda untuk mengembangkan bisnis perhiasaannya dengan brand Fyne Jewelry dan SAARA.

Ferlin Yoswara juga masuk dalam Top 5 International Ethnic Businesswomen 2018 untuk Belanda.

 
Sumber : KBRI Den Haag