Kisah Luthfi, Wisudawan Sekolah Vokasi yang Menggagas Himpunan Mahasiswa Kearsipan Indonesia

2267

Selama melaksanakan PKL, Luthfi beranggapan bahwa kelemahan kementerian tersebut dalam bidang kearsipan adalah belum adanya SOP atau peraturan pengelolaan arsip yang lengkap. Alhasil, saat PKL Luthfi membuat SOP sendiri.

Lutfi melanjutkan, beberapa ruang kerja di sub-bagian atau direktorat pernah saling dipindahkan. Hal ini, menurut Lutfi, menghambat kerja-kerja di kementerian tersebut karena data atau arsip yang mereka miliki jadi tercecer.

Menurut Lutfi, pekerja di unit kerja yang bersentuhan dengan pengelolaan arsip tidak memiliki kriteria atau karakteristik yang sesuai. Hal ini menyebabkan mereka tidak paham mengenai alur atau aturan pengelolaan kearsipan.

“Jadi kementerian itu sering membuat semacam sosialisasi,” tutur Lutfi.

Luthfi, yang berasal dari Nganjuk, Jawa Timur, bercerita ketika PKL di Jakarta barangnya pernah diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

“Pernah juga dibohongi ketika tanya arah pulang,” kenangnya sambil tersenyum.

Akan tetapi, selama melaksanakan PKL di Jakarta, Luthfi sangat terbantu oleh kehadiran seniornya yang sudah jadi alumni. “Dia membantu banyak sekali. Dia membantuku beradaptasi. Selain itu, kalau ada hal di PKL yang membuatku bingung, aku berkonsultasi dengannya,” pungkas Luthfi.(Thovan)