KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Mayoritas mahasiswa di Jogja adalah perantau, atau minimal mereka yang memilih menyewa kamar indekos.
Banyaknya perantauan ini membuat area di dekat kampus dibanjiri oleh berbagai macam usaha kuliner. Mulai dari rumah makan yang cukup mewah, warung tenda, burjo, hingga angkringan.
Angkringan menjadi bukan hanya tempat makan tetapi juga sebuah ciri khas dari kota Jogja dan sesuatu yang sangat dekat dengan para perantau. Banyak mahasiswa yang memilih untuk ngangkring daripada harus ke rumah makan yang cukup mahal.
Malam itu Kagama.co bertemu dengan Panji, mahasiswa D3 Pariwisata UGM untuk berburu tidak hanya makanan, tapi juga obrolan di angkringan. Kami mengikuti Panji ke sebuah angkringan di Jalan AM Sangaji.
Sesampai di tempat angkringan, Panji langsung membuka obrolan dengan pedagang sambil memesan teh hangat. Mata dan tangannya kemudian tampak bingung saat memilih makanan mana yang harus ia ambil dan nikmati.
Akhirnya ia putuskan mengambil dua buah nasi sambal teri, tiga bakwan goreng, dan dua buah sate usus.
Menurut Panji yang membuatnya sering ke angkringan adalah harganya yang murah dan makanan yang begitu beragam.
