Pajak Rokok Bukan Pahlawan Jaminan Kesehatan Nasional

75
Pajak Rokok Bukan Pahlawan Jaminan Kesehatan Nasional.(Foto: Thovan)
Pajak Rokok Bukan Pahlawan Jaminan Kesehatan Nasional.(Foto: Thovan)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Penerapan pajak rokok sebagai salah satu penyokong dana jaminan kesehatan telah sesuai dengan aturan dan UU yang berlaku. Namun, pajak rokok bukanlah pahlawan jaminan kesehatan nasional.

Demikian disampaikan Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan Andayani Budi Lestari, S.E., M.M., AAK. Andayani menyampaikannya dalam Talkshow bertajuk “Tembakau dan BPJS Kesehatan” pada Jumat (16/11/2018).

Acara tersebut digelar oleh Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial FK-KMK UGM. Acara yang diadakan di ruang Theater gedung Perpustakaan FK-KMK UGM lantai 2 tersebut bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang isu kesehatan masyarakat, terutama terkait kajian tembakau dan BPJS Kesehatan.

Dalam kesempatan tersebut, Andayani juga menjelaskan mengenai pencapaian dan pentingnya JKN (jaminan kesehatan nasional). Menurut data yang disajikan, program-program pemerintah yang diterapkan terkait JKN terbukti meningkatkan perlindungan kesehatan di kelas bawah.

“Penerapan pajak rokok sebagai dana JKN sendiri merupakan pajak “dosa”, termasuk untuk pembiayaan penyakit akibat rokok,” tutur Andayani.

Selain itu, Dosen Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial FK-KMK UGM Prof. Yayi Suryo Prabandari, M.Si.,Ph.D menjelaskan tentang bahaya serta dampak negatif dari rokok.

Data yang ditampilkan menunjukkan keterkaitan penyakit tertentu dengan perokok aktif. Selain penyakit, rokok juga mengakibatkan kecanduan atau ketergantungan.

Tidak hanya perokok, penyakit yang diakibatkan rokok juga mengancam para perokok pasif. Perokok pasif biasanya adalah bukan perokok namun di lingkungannya banyak terdapat perokok. Sehingga dalam kegitana sehari-hari perokok pasif turut terpapar dampak negatifnya.

“Asap rokok orang lain memaksa yang bukan perokok mendapat rIsiko dampak penyakit akibat rokok,” terang Yayi.

Menurut penjelasan Yayi, kebutuhan yang dikeluarkan perokok jika dibandingkan dengan pengeluaran kebutuhan pokok seperti kesehatan sangatlah timpang.

“Kebanyakan perokok tidak sadar dengan tingginya pengeluaran mereka untuk rokok. Alhasil hal tersebut berpengaruh juga terhadap tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat,” pungkasnya.(Thovan)