UGM Lepas Tim Mapagama Arungi Sungai Franklin Australia

90
UGM Lepas Tim Mapagama Arungi Sungai Franklin Australia.(Foto: Humas UGM)
UGM Lepas Tim Mapagama Arungi Sungai Franklin Australia.(Foto: Humas UGM)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Universitas Gadjah Mada melepas tujuh mahasiswa tim UGM International Expedition (UIE) V Mapagama. Mereka akan mengarungi sungai arus deras di Sungai Franklin, Tasmania, Australia pada 13-27 November 2018.

Pelepasan dilakukan secara langsung oleh Direktur Kemahasiswaan UGM  Dr. Suharyadi, M.Sc. di Gedung Balairung UGM pada Senin malam (10/11/2018).

Dalam ekspedisi bertajuk “Pristine Wild Rivers” tersebut, ketujuh anggota yang tergabung dalam tim adalah Irfan Hafiyyansah (Fakultas Hukum), Dimas Satria W. (Sekolah Vokasi), Lutfi Perdana (Fakultas Filsafat), dan Rais Kun Fajar P. S. (Fakultas Teknik). Berikutnya, Iqbal Setya Nugraha (Fakultas Psikologi), Suryo Abdi Pangestu (Sekolah Vokasi), Laily Adhliya (Sekolah Vokasi).

Dimas selaku koordinator atlet dalam ekspedisi ini mengatakan kegiatan ekspedisi internasional dinilai memberikan dampak positif dalam pengembangan kemampuan petualangan anggota dan juga kemampuan Mapagama dalam mewujudkan kegiatan bertaraf internasional. Untuk itu, ekspedisi internasional ini dijadikan sebagai salah satu poin penting dalam rencana 50 tahun Mapagama.

“Kemampuan masing-masing individu untuk mengikuti ekspedisi ini telah ditempa di Sungai Asahan, Sumatra Utara yang menjadi salah satu destinasi utama penggiat olahraga ekstrim khususnya arus deras,” jelasnya

Disampaikan Dimas bahwa kegiatan utama ekpedisi adalah melakukan pengarungan Sungai Franklin, kawasan Taman Nasional Franklin – Gordon yang berada di jantung pulau Tasmania. Pengarungan dilakukan selama kurang lebih 8 hari yang akan dimulai pada tanggal 15 November 2018.

Sementara ketua tim ekpedisi, Irfan menambahkan bahwa selama pengarungan nantinya tim akan menghadapi kondisi yang sangat berat dengan iklim dan situasi yang sangat berbeda. Lokasi sungai yang berada di pedalaman hutan Taman Nasional Franklin – Gordon yang lembab dengan suhu dingin bisa mencapai 5 derajat pada malam hari. Ditambah dengan tidak adanya akses keluar selama 8 hari dari sungai kecuali menyusuri hutan dengan waktu lebih dari satu minggu.

“Itu semua menjadi tantangan untuk Tim UIE V,” ujarnya.

Irfan berharap tim dapat belajar tentang banyak hal dari ekspedisi ini. Utamanya dalam hal pengelolaan wisata olahraga arus deras dari menejemen hingga kemananan yang diterapkan. Selain itu juga belajar tentang bagaimana pengelolaan dan aturan taman nasional di Tasmania dibandingkan dengan Indonesia. (Humas UGM/Ika)