Menciptakan Nilai dan Memahami Perubahan di Era Digital

659
Menciptakan Nilai dan Memahami Perubahan di Era Digital.(Foto: CfDS)
Menciptakan Nilai dan Memahami Perubahan di Era Digital.(Foto: CfDS)

KAGAMA.CO, BULABSUMUR – Saat ini generasi muda perlu menerapkan prinsip bisnis yang pada dasarnya menghasilkan nilai dalam menjalankan usaha atau berkarya. Hal ini disampaikan oleh Dr. Hargo Utomo M.B.A. dalam DigiTalk Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM.

Acara bertajuk “Kewirausahaan: Alternatif Lapangan Pekerjaan di Era Revolusi Industri 4.0” ini digelar di Convention Hall, FISIPOL UGM pada Rabu (14/11/2018).

Nilai yang dimaksud Hargo tidak selalu berkaitan dengan uang, tetapi juga ide kreatif yang bermanfaat bagi banyak orang. Meskipun nilai tidak selalu berbentuk uang, ide kreatif juga dapat dimonetasi (diuangkan).

Direktur Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM ini menambahkan bahwa era digital membawa banyak perubahan yang terjadi dengan sangat cepat. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pemahaman mengenai perubahan dan proses sosial.

“Tiga hal penting yang dibutuhkan untuk menghadapi era digital adalah creativity, courage, dan curiousity,” ungkapnya.

Dengan kondisi yang sangat cepat dan mudah berubah ini, generasi muda harus memiliki kemampuan mengabsorbsi realita untuk terus berkembang, serta menghasilkan nilai yang menjadi prinsip bisnis.

Kendati demikian, menurut Hargo ada berbagai permasalahan yang biasanya dihadapi oleh generasi muda. Hal itu seperti tidak adanya ekosistem yang mendukung perkembangan, menyusun business plan, atau kekurangan modal.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Hargo menyebutkan fasilitas seperti di Innovative Academy dan FEB UGM yang mampu membantu menyusun business plan dan menyediakan ekosistem yang mendukung untuk mengembangkan ide-ide kreatif.

Untuk menyelesaikan masalaha kekurangan modal, ia merujuk pada penjelasan dari pemateri sebelumnya, yaitu Pamitra Wineka, selaku Co-Founder dan President TaniFund. Pria yang lebih akrab disapa dengan Eka ini menjelaskan bahwa FinTech mampu menyelesaikan masalah kekurangan modal karena memberikan pinjaman tanpa jaminan.

Menurutnya, FinTech juga dapat memproses pinjaman dengan cepat, bahkan dalam hitungan menit, asalkan ide dan usaha yang diajukan sudah jelas. Maka dari itu, pengguna (user) harus melengkapi data dengan sebaik mungkin agar dana pinjaman bisa didapatkan lebih cepat.

Sebagai Co-Founder dan President TaniFund, ia juga menjelaskan mengenai platform yang dibangunnya ini. Eka menilai bahwa banyak petani yang hidupnya kurang sejahtera karena terkendala pendanaan dan penyaluran hasil pertanian ke pasar.

Berangkatdari masalah ini, TaniFund memfasilitasi pendanaan yang sifatnya gotong-royong. TaniFund juga menghubungkan antara petani dengan pembeli untuk mengatasi ketidakpastian pasar.

“Adanya hubungan antara petani dengan pembeli ini pun mendorong TaniFund untuk melakukan pendampingan agar petani mampu mencapai hasil produksi maksimal dan memenuhi kebutuhan pasar,” ungkapnya.(Tita)