Ajaran Cinta dari Cak Nun untuk Pemuda

397
Risalah Cinta untuk Pemuda.(Foto: Tita)
Risalah Cinta untuk Pemuda.(Foto: Tita)

KAGAMA.CO, BULAKSUMURAnak-anak muda yang memenuhi aula dan halaman Pusat Kebudayaan Koesnandi Hardjosoemantri (PKKH) UGM diajarkan toleransi oleh Cak Nun, pada Senin (05/11/2018). Sebelum memberikan ceramah, acara bertema “Risalah Cinta untuk Pemuda” yang diselenggarakan Keluarga Muslim Fakultas Hukum (KMFH) UGM ini diawali dengan penampilan musik oleh Kiai Kanjeng.

Meskipun temanya mengenai cinta, bukan berarti Cak Nun mengajarkan pemahaman cinta tentang ketertarikan antar lawan jenis saja. Menurutnya, risalah dalam tema yang dibawakan dalam acara dapat dipahami sebagai penerapan. Maka, “risalah cinta” dimaknai sebagai penerapan cinta.

Cak Nun mengawali ceramahnya dengan memberikan contoh masalah yang akhir-akhir ini dialami di Indonesia seperti kasus di Boyolali dan Lion Air. Permasalahan terjadi tidak hanya pada masalah itu sendiri, tetapi juga berasal dari penanganan yang diberikan terhadap masalah tersebut.

Budayawan yang sempat kuliah di Fakultas Ekonomi UGM ini menganggap bahwa permasalahan terjadi karena adanya ketidaktepatan. Oleh karena itulah, ketidaktepatan ini dalam istilah hukum sering disebut sebagai pelanggaran.

Cak Nun menyebutkan alasan terjadinya ketidaktepatan ini adalah tidak adanya cinta. Kemudian, ia mencontohkan relasi cinta dengan ketidaktepatan dan permasalahan dengan politik yang merupakan daya upaya manusia untuk mendorong kesejahteraan rakyat.

Akan tetapi, politik lebih memperhatikan keperluan lain dan menjadi ajang pemenangan diri yang bisa disebut dengan ambisi. Hal inilah yang dianggap tidak tepat karena politik mengharapkan kekuasaan dari rakyat, sedangkan rakyat menginginkan kesejahteraan dari politik.

Penjelasan ini diperdalam lebih lanjut dengan contoh antara presiden dengan rakyatnya. Apabila presiden telah memiliki cinta terhadap rakyat, maka ia bisa memiliki rasa bersalah dan sedih ketika melihat rakyatnya menderita.

“Jika tidak ada rasa bersalah dalam diri presiden melihat penderitaan rakyat dan ada pertentangan dari rakyat mengenai kebijakan yang ditetapkan, di situlah tidak ada cinta antara presiden dengan rakyat,” ujarnya.(Tita)