Sekolah Vokasi, Dulu dan Kini

1328

Segudang Prestasi

Hingga sekarang ini, Sekolah Vokasi mengirim lebih dari 200 mahasiswa di setiap tahunnya ke berbagai negara, antara lain Jepang, Korea, Tiongkok, UK, dan Jerman. Seleksi masuk calon mahasiswa baru Sekolah Vokasi pun bersaing. Data terakhir tahun 2017, dari 54.000 pendaftar, hanya diterima 1.500 mahasiswa baru.

Inovasi-inovasi lain di bidang akademik juga digenjot. Antara lain Sekolah Vokasi mendatangkan belasan tenaga ahli senior dari Senior Experten Service (SES), Jerman, khususnya di bidang Teknik Elektro dan Informatika, dan juga dari Amerika, Tiongkok, dan Jepang.

Segudang prestasi turut mengharumkan Sekolah Vokasi. Dalam berbagai kompetisi, mahasiswa Sekolah Vokasi kerap menjadi jawara. Pada 2016 lalu, tercatat empat kali beruntun Sekolah Vokasi pertahankan gelar juara umum Porsenigama (Pekan Olahraga dan Seni Universitas Gadjah Mada).

Penyerahan Beasiswa KAVOGAMA kepada para mahasiswa berprestasi.(Foto: Taufiq)
Penyerahan Beasiswa KAVOGAMA kepada para mahasiswa berprestasi.(Foto: Taufiq)

Dalam skala internasional, pada 2013 lalu Sekolah Vokasi memborong 3 medali emas pada Kontes Robot Internasional di Hartford City, Connecticut, dan San Mateo California, USA.

Baru-baru ini, Sabtu (01/09/2018) UGM kembali memboyong piala juara tPekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Sebanyak 13 delegasi membawa pulang 16 medali emas. Tiga di antaranya adalah kontribusi mahasiswa Sekolah Vokasi.

Sekolah Vokasi juga menerapkan syarat kelulusan berupa Skor TOEFL 450. Sewaktu merilis SK tersebut, pihaknya banyak menuai kritik. Tetapi kebijakan ini tetap diberlakukan. Bagi Wikan, jika nanti Indonesia mau memimpin dunia, maka harus menguasai bahasa asing.

“Coba dulu. Ternyata skor mereka banyak yang mencapai 450, bahkan lebih,” jelasnya.