Mahasiswa UGM Olah Limbah Onggok Menjadi Panel Akustik

317

Limbah dalam jumlah yang cukup besar tersebut disebutkan Dwiki akan menimbulkan pencemaran lingkungan jika dibiarkan begitu saja. Limbah bisa menyebabkan kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme (Biological Oxygen Demand) dan kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air (Chemical Oxgen Demand)  air yang ada di sekitar industri meningkat. Jumlahnya mencapai 2222 mg/L dan 5721,5 mg/L pada proses pengendapan dan menurun hingga 1806 mg/L serta 4231 mg/L setelah tahap klorinasi.

“Sungai murni yang belum tercemar memiliki nilai BOD dibawah 1 mg/L, sementara sungai yang tercemar limbah memiliki batas BOD 2-8 mg/L. Sedangkan sungai yang memiliki BOD diatas 8 mg/L harus dilakukan penanggulangan khusus,” paparnya.

Limbah Onggok dari pohon aren.(Foto: Dok. Humas UGM)
Limbah Onggok dari pohon aren. Foto: Dok. Humas UGM

Prihatin terhadap kondisi itu kedua mahasiswa Departemen Fisika FMIPA ini pun memutar otak dan membuat terobosan baru guna mengurangi nilai BOD dan COD di sekitar UMKM dusun Bendo. Limbah onggok mereka olah dengan sejumlah variasi hingga menjadi panel akustik. Panel tersebut selanjutnya diuji dengan metode akustik untuk mengetahui koefisien serapannya.

Hasilnya, panel akustik dari limbah onggok aren ini dapat diperoleh hasil maksimum jika dilakukan metode pembakaran ditambah dengan cat khusus untuk memperbesar redaman.

 

Sumber : Humas UGM