Ilmuwan Diaspora Berkumpul, Rumuskan Pembangunan SDM Indonesia

167

“Kita butuh lompatan yang lebih tinggi untuk bisa bersaing dengan negara lain. Dengan kemampuan dan kompetensi para ilmuwan diaspora, Kemenristekdikti mulai melibatkan mereka untuk berkontribusi bagi pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Langkah awal yang kami lakukan adalah membangun jembatan melalui kegiatan ini supaya mereka dapat berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam negeri,” ujar Menteri Nasir pada pembukaan SCKD Tahun 2018 di Royal Kuningan Hotel, Senin (13/8/2018).

Kendati demikian, Menteri Nasir mengatakan, perlu adanya suatu kebijakan untuk mengakomodasi para ilmuwan diaspora. Terkait hal tersebut, Menteri Nasir sudah berkoordinasi dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB), Asman Abnur. Salah satu wacana yang dibicarakan adalah status ilmuwan diaspora jika mereka kembali ke Indonesia.

Pada tanggal 15-17 Agustus, mereka akan disebar mengunjungi 55 perguruan tinggi di berbagai daerah," tutur Dirjen Ghufron.(Foto: Dok. Tribun)
Pada tanggal 15-17 Agustus, mereka akan disebar mengunjungi 55 perguruan tinggi di berbagai daerah,” tutur Dirjen Ghufron.(Foto: Dok. Tribun)

“Saya sudah bicara dengan Menpan-RB terkait wacana menarik kembali ilmuwan diaspora yang berpotensi, dan memiliki kemampuan kelas dunia. Untuk itu, perlu ada kebijakan yang berpihak kepada para ilmuwan diaspora. Misalnya, jika mereka sudah profesor di sana, jangan sampai kembali harus mulai dari awal, itu semua perlu dihitung,” jelasnya.

Kegiatan SCKD di tahun sebelumnya sendiri telah menimbulkan dampak positif bagi peningkatan publikasi internasional. Tercatat, sudah ada 28 publikasi internasional yang terbit di jurnal bereputasi. Sedangkan yang masih berupa manuskrip dan proses review berjumlah 15 publikasi.