Kerja Sama Tripartit Kembangkan Filantropi untuk Pemberdayaan Umat

110

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Trio lembaga kredibel di Indonesia – Tahir Foundation (TF), Muhammadiyah, dan Universitas Gadjah Mada – menjalin kerja sama mengembangkan program filantropi untuk pemberdayaan umat yang berkelanjutan, khususnya bidang pendidikan, kesehatan, dan penciptaan lapangan kerja. Kerjasama ini ditandatangani setelah talkshow bertema “Filantropi untuk Pemberdayaan Umat” di Grha Sabha Pramana, Kamis (1/3/2018) yang dimoderatori oleh Najwa Shihab.

Narasumber yang hadir yaitu Prof. Dr. Dato’ Sri Tahir, MBA, pendiri dan pimpinan Tahir Foundation, Dr. H. Haedar Nashir, M. Si, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Ir. Panut Mulyono, M. Eng., D. Eng, Rektor UGM, dan Prof. Dr. Pratikno, M. Soc. Sc, Menteri Sekretaris Negara yang sekaligus Ketua Majelis Wali Amanat UGM.

Pertanyaan pembuka yang cukup mengagetkan dari Najwa Shihab, yaitu mengenai berapa dana yang digelontorkan oleh Tahir Foundation (TF) pada program ini. Secara gamblang, Tahir menyebutkan total dana yang dikeluarkan sebesar Rp 250 miliar dan dilaksanakan selama lima tahun untuk pemberdayaan berkelanjutan dalam ketiga bidang tersebut

Pendidikan sebagai fokus merupakan suatu hal yang menunjukkan kualitas manusia yang memang harus ditingkatkan sehingga dari pendidikanlah manusia dapat mengubah nasib bangsa. Kesehatan sebagai fokus merupakan suatu hal yang memperlihatkan kualitas hidup manusia dalam konteks keadaan masyarakat. Sementara, penciptaan lapangan kerja merupakan sebuah jembatan bagi kader-kader yang teruji komitmennya.

Ketiga institusi menyepakati prinsip program adalah filantropi serta target program yakni generasi milenial.

“Filantropi bukanlah sebuah program CSR atau sedekah atau charity, tapi sebuah komitmen terhadap hati nurani dan bukan tergantung pada mood atau laba yang didapat,” jelas Tahir. Charity is giving sedangkan filantropi is doing,” lanjutnya.

Apa yang ingin mereka raih adalah sebuah pemberdayaan berkelanjutan, “Kita tidak hanya memberi kail saja, namun juga membantu dalam memberikan akses,” jelas Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah.

Generasi milenial dipilih karena mereka dianggap mempunyai energi untuk membawa perubahan bagi bangsa. “Nantinya diharapkan generasi milenial dapat memecahkan masalah sosial secara entrepreneur. Define social problem sekaligus sebagai problem solver,” jelas Pratikno.

Hal yang membedakan program Filantropi untuk Pemberdayaan Umat dengan program lain yang serupa, yaitu fokus dan signifikansi yang dimilikinya. Fokusnya pemberdayaan umat yang berprinsip pada filantropi, kolaborasi kerja sama institusi kredibel yang dijalin sungguh-sungguh dan bukan sebuah motivasi pamer atau membeli pengaruh.

Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang sejak dulu memberi perhatian kepada pemberdayaan masyarakat tentu mempunyai kantong-kantong daerah yang membutuhkan dan perlu dikembangkan. UGM sebagai jembatan yang memberdayakan civitas akademika misalnya melalui program KKN PPM (Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat) sebagai bagian dari pembangunan karakter. Sementara, Tahir Foundation merupakan sebuah lembaga filantropi terbesar di Asia yang berfokus kepada pendidikan dan kesehatan serta aksi kemanusiaan lain.

PSKK (Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan) UGM sebagai lembaga yang ditunjuk langsung untuk mengelola program ini telah menyiapkan konsep dasar pelaksanaan program. “Kami ingin memberi kontribusi dalam konteks multikultularisme, di mana dalam waktu lima tahun harus ada hasil kongkret dari program Filantropis Pemberdayaan,” jelas Dr. soc. pol. Agus Heruanto Hadna, M. Si, Kepala PSKK UGM.

Agus melanjutkan, “Hasil kongkret ini diukur dari indikator yang jelas terhadap pemberdayaan berkelanjutan. Saat ini, kami fokus pada sociomapping daerah yang akan disasar.”

Rencana pelaksanaan program secara garis besar terdiri dari pendampingan, monev (monitoring dan evaluasi), dan penilaian progres perkembangan. “Harapannya, apabila ini berhasil, program ini akan menjadi model filantropi pemberdayaan umat yang dapat diterapkan di seluruh Indonesia,” harap Agus. [Shafiera Rosa El-Yasha]