Para Petinggi Universitas Ikut Mainkan “Arok-Dedes” di Malam Puncak Dies UGM ke-68

359

“Serat Pararaton berisi tentang perjalanan hidup dan sepak terjang Ken Arok atau Ken Angrok dari dia lahir (sebagai titisan dewa), dibuang oleh Ken Endog, dirawat oleh Lembong, perampok,  hingga jatuh cinta dengan Ken Dedes, yang berstatus istri Tunggul Ametung,” kata Dosen Prodi Sastra Indonesia ini kepada KAGAMA, Minggu (17/12).

Dalam ceritanya, Arok memesan keris pada Empu Gandring. Akan tetapi, keris yang dipesannya belum jadi sempurna. Gandring pun dibunuh Arok dengan keris yang bertuah dan dalam sejarahnya akan ada 7 orang terbunuh dengan keris yang sama.

Suasana latihan di Studio Karawitan Gedung Margono lantai 4 FIB UGM.(Foto: Dok. TH)
Suasana latihan di Studio Karawitan Gedung Margono lantai 4 FIB UGM.(Foto: Dok. TH)

“Arok berniat  membunuh suami Dedes,  Ametung, agar dapat memperistrinya, tapi dengan cara licik. Kebo ijo, yang pernah meminjam kerisnya, difitnah sebagai pembunuh Ametung. Kemudian, Arok pun ditasbihkan jadi Raja Singosari. Namun akhirnya, Arok pun  dibunuh oleh anak tirinya, yang tidak terima Ametung tewas dengan keris yang sama,” papar Ningrum, yang menyutradari pementasan ini bersama Dr. Sudibyo, M.Hum.

Menurut Ningrum, Arok-Dedes adalah pengingat generasi masa kini, bahwa kekuasaan yang penuh angkara murka, kelicikan, haus darah, hanya akan membawa kehancuran sebuah bangsa. “Bangsa Indonesia harus belajar bahwa masa lalu sebagai pembelajaran untuk masa depan,” pungkasnya.(TH)