Dialog Kebhinnekaan di Belanda : Memupuk Nilai Keindonesiaan di Luar Negeri

99

KAGAMA.CO, DEN HAAG – Lagu  kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di aula Boothzaal, Perpustakaan Universitas Utrecht, Sabtu sore (18/11/2017). Lagu itu menandai dimulainya acara Dialog Kebhinnekaan, yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia – Den Haag bersama Unit Kerja Presiden – Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dan PPI Utrecht.

Acara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menanamkan serta memupuk rasa dan nilai-nilai keindonesiaan di kalangan generasi muda Indonesia di luar negeri. Yakni, rasa dan nilai-nilai keindonesiaan yang menjunjung tinggi persatuan, serta menghormati keanekaragaman. Sebab, Indonesia, yang terdiri atas lebih dari 17.000 pulau, mempunyai kekayaan dan persilangan budaya paling intens, besar dan paling pekat di seluruh dunia.

Mengangkat tema Merajut Keindonesiaan dan Peran Ilmuwan Sosial, acara yang dimulai pada pukul 19.00 ini dihadiri sekitar 50 orang, terdiri atas mahasiswa Indonesia di Belanda dan sejumlah ilmuwan sosial. Tampil sebagai pembicara adalah Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir; Drs. Atmadji Sumarkidjo, MM; Damianus Taufan, ‎Ahmad Karim (PhD Candidate Universiteit van Amsterdam dan Aminudin TH Siregar (Ph. D Candidate Leiden University).

Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, membuka acara Dialog Kebhinnekaan dengan sambutan singkat. Dalam sambutannya, Duta Besar menekankan kembali makna Bhinneka Tunggal Ika, yang diambil dari kitab kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular, semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. “Salah satu ayatnya berbunyi, Bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa,” katanya. “Artinya adalah, berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kerancuan dalam kebenaran,” ia menambahkan.

Duta Besar juga mengutip perkataan Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid (alm.), agar kita melihat perbedaan sebagai kekuatan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. “Tapi, makna itu tampaknya sudah berubah, jika kita melihat yang terjadi di Indonesia pada saat ini,” katanya. Oleh karena itu, Duta Besar “menantang” para pelajar Indonesia agar mampu mengambil nilai-nilai positif dari pengalaman belajar di Belanda, serta merefleksikan kebhinekaan untuk maju ke depan.