Sebelumnya, Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M. Eng., D. Eng. juga mengungkap fenomena gencarnya berbagai ideologi lain yang berpotensi menggerus nilai-nilai Pancasila dan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut berlangsung dalam tiga dasawarsa terakhir.
“Pancasila terus menghadapi berbagai tantangan dari ideologi lain, khususnya yang bersifat transnasional dengan substansi politik dan agama yang dihadapi bangsa Indonesia di masa kini dan masa mendatang. Dalam iklim kebebasan dan demokrasi liberal, orang atau kelompok mana pun dengan bebas mengembangkan ideologi politik dan agama transnasional dan berusaha keras merekrut warga bangsa dengan menggunakan berbagai retorika yang seolah-olah argumen dan logika mereka merupakan yang paling benar.”
Situasi seperti itu, menurut Panut, menggugah kita untuk merenungkan kembali perjuangan para pahlawan NKRI dan membangunkan kita yang masih sering terlena dalam kenyamanan yang membuat kita tak acuh dengan persatuan bangsa yang sedang menghadapi tantangan baru.
“Kita perlu bergerak lebih cepat dan menyuarakan kembali Pancasila secara lebih lantang di ruang-ruang publik,” ujarnya.
Dikatakan Panut Mulyono, media komunikasi yang semakin mudah dan murah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, terutama kalangan generasi muda, menyebabkan semakin terintegrasinya budaya bangsa Indonesia dengan budaya global. Pada saat bersamaan, kemajuan teknologi komunikasi juga membuka jalan bagi penyebaran pengaruh-pengaruh yang baik yang mendorong orang untuk turut melakukan kebaikan. Hal tersebut bisa membuka jalan agar nilai-nilai Pancasila dapat terus digaungkan di antara generasi Milenial anak-anak muda yang kelak akan meneruskan estafeta kepemimpinan. [rts]