Menteri Perhubungan Keynote Speech Seminar Bandara Kulonprogo

225

YOGYAKARTA, KAGAMA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi didaulat sebagai keynote speech pada Seminar bertajuk “Bandara Kulonprogo dan Akselerasi Pembangunan Ekonomi Yogyakarta”, Jumat (25/8/2017) di The Kasultanan Ballroom Royal Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta. Ekonom dan Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM A Tony Prasetiantono, Ph. D selaku moderator mendaulat Budi Karya sebagai keynote speech lantaran Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dijadwalkan sebelumnya menjadi keynote speech berhalangan hadir.

Posisi Budi Karya dalam seminar itu juga menjadi narasumber, selain hadir pula Dirut PT Angkasa Pura Danang Setya Baskara, Irhamsyah Pambudi menggantikan Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Wakil Bupati Kulonprogo Sutejo menggantikan Bupati Kulonprogo dr. Hasto Wardoyo yang juga urung hadir. Seminar diselenggarakan oleh Paguyuban Alumni SMA Kolese de Britto Yogyakarta.

Dalam keynote speech-nya, Budi Karya Sumadi antara lain mengilustrasikan suasana pariwisata dan perekonomian Yogyakarta yang stagnan jika dibandingkan dengan Bali. Lebih-lebih dalam transportasi udara, di Bali banyak permintaan direct flight dari China ataupun India. Keadaan tersebut tidak dijumpai pada jalur transportasi udara Yogyakarta. Akibatnya, arus turis asing lebih banyak menumpuk di Bali.

“Sekarang Menteri Pariwisata menetapkan tiga destinasi baru, antara lain Yogyakarta dan Borobudur. Salah satunya dengan pembangunan bandara baru di Kulonprogo. Borobudur akan jadi satu destinasi baru yang diprioritaskan karena ada ikon menarik sebagai sektor industri wisata,” ujarnya.

Menurut Budi Karya, Kementerian Perhubungan  mengutamakan sistem konektivitas dalam membangun jalur transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Karena itu, ia juga membangun beberapa bandara baru di luar Pulau Jawa, antara lain di Silangit dan Labuan Bajo. Dengan memersiapkan banyak bandara, termasuk yang tengah dibangun di Kulonprogo, akan memudahkan masyarakat dari berbagai pelosok nusantara dan juga wisatawan asing datang ke Yogyakarta.

“Konektivitas Yogya, Semarang, Solo, jadi segi tiga atau segiempat sehingga waktu singgah atau lama tinggal turis (long of stay) lebih panjang. Bila bandara Kulonprogo jadi, turis bisa dating dari Yogya, pulangnya lewat Semarang dan sebaliknya,” terangnya.

Pada sambutannya, A Tony Presetiantono selaku Presiden Alumni SMA Kolese de Britto mengungkap penyelenggaraan seminar tahun ini merupakan seri kedua. Pada seri pertama, 18 November 2016, mereka mengangkat tema Pembangunan Industri Pariwisata Gunungkidul. Kali ini tema difokuskan pada pembangunan bandara baru Yogyakarta di Kulonprogo yang dijadwalkan selesai pada 2019. (rts)