Subdit Kreativitas UGM Tampung Potensi dan Energi Kreatif Mahasiswa

416

BEBERAPA waktu lalu Direktorat Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar konferensi pers, menghadirkan Wyncent Halim (22) sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mapres) tingkat Nasional 2017.  Mahasiswa Fakultas Hukum UGM Angkatan 2014 itu meraih hadiah medali, tropi, dan uang sebesar Rp 15 juta dari Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Berikutnya adalah Rifyal Garda Pambudi dan kawan-kawannya di Tim Gamaforce yang meraih Juara 3 dalam kompetisi internasional di Ankara, Turki. Menyusul juga, mahasiswa yang tergabung dalam Gadjah Mada Robotic Team (GMRT) yang siap berangkat ke kompetisi tingkat dunia karena sudah memenangkan kejuaraan tingkat nasional 2017.

Direktorat Kemahasiswaan UGM  menginventarisasi, prestasi yang berhasil diraih mahasiswa untuk tahun 2016 mencapai 718 medali. Jika diambil rata-rata, diperoleh sedikitnya tiga keping medali per hari bisa dikumpulkan mahasiswa UGM.

Kasubdit Kreativitas Mahasiswa UGM Ahmad Agus Setiawan, Ph. D membina dan mendampingi mahasiswa menjadi lebih kreatif dan  berprestasi (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Kasubdit Kreativitas Mahasiswa UGM Ahmad Agus Setiawan, Ph. D membina dan mendampingi mahasiswa menjadi lebih kreatif dan berprestasi (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

Direktur Kemahasiswaan UGM Dr. Drs. Senawi, M. P. mencatat untuk tahun 2017 hingga pertengahan Juli 2017 terkumpul 261 medali. Informasi terakhir, menurut Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Kreativitas Mahasiswa UGM Ahmad Agus Setiawan, Ph. D, jumlah medali yang berhasil dikumpulkan mahasiswa mencapai 320 keping hingga awal Agustus 2017. Boleh jadi, di luar yang tercatat masih ada lagi prestasi yang diraih mahasiswa.

Ahmad Agus Setiawan yang mendapat amanah mengelola Subdirektorat Kreativitas sejak Mei 2015 melihat potensi mahasiswa memang besar. Kelembagaan yang dikelola Pak AAS – demikian ia akrab disapa mahasiswa – berada di bawah naungan Direktorat Kemahasiswaan UGM.  Ia menyadari perlunya sistem koordinasi untuk proses sosialisasi potensi mahasiswa. Ia berinisiatif membuat website kreativitas.ugm.ac.id dan menyusul kemudian buletin Nawala dengan merangkul sejumlah mahasiswa menjadi reporter serta penerbitan buku Kreasi, Inovasi, dan Prestasi Mahasiswa UGM 2016.

Tim PKM mengikti pelatihan sebelum berangkat ke kompetisi Pimnas di Makassar (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Tim PKM mengikti pelatihan sebelum berangkat ke kompetisi Pimnas di Makassar (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

“Mulai Februari 2016 kami menerbitkan Nawala. Buletin ini terbit bulanan dan saat ini sudah edisi ke-19. Kami mengajak anak-anak menjadi reporternya. Harapan kami, potensi anak-anak bisa lebih cepat diketahui untuk kita bina dan damping,” ucapnya di sela-sela mendampingi mahasiswa mengikuti pelatihan kepada kagama.co di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta, pekan lalu.

Menurut Ahmad Agus Setiawan, aktivitas mahasiswa sangat beragam hingga lembaga seperti tidak mampu menampung energi kreatif mereka. Karenanya, semangat mahasiswa perlu terus dipupuk. Karena, dalam beberapa kejadian, sebenarnya ada mahasiswa yang punya prestasi bagus namun kemudian merosot, pihaknya ingin memotivasi bila ada kejadian serupa.

Ahmad Agus Setiawan, Ph. D bersama instruktur pelatih dan pembina mahasiswa (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Instruktur pelatih dan pembina mahasiswa (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

“Ada yang sebenarnya jagoan jadi mendlep. Ini kita perlu tahu kenapa? Makanya, kita juga beri insentif dan kita jadi ngerti masalah mereka yang disampaikan di medsos,” terangnya.

Dalam memberikan insentif  pun tidak tanggung-tanggung. Pernah mengalami kekurangan dana untuk intensif mencapai Rp 1,4 miliar. Itu berarti, menurut AAS,  capaian prestasi mahasiswa yang melebihi dari dana insentif yang tersedia atau disediakan sebelumnya.

“Harapan kami, anak tahu kalau mereka berprestasi, dapat insentif dan semakin memotivasi,” tandasnya.

Berangkatkan 150-an Mahasiswa UGM ke PIMNAS XXX-2017

Mahasiswa yang tergabung dalam 31 Tim PKM mengikuti pelatihan sebeum berangkat ke kompetisi PIMNAS XXX-2017 di Makassar (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Mahasiswa yang tergabung dalam 31 Tim PKM mengikuti pelatihan sebeum berangkat ke kompetisi PIMNAS XXX-2017 di Makassar (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

Bersama Subdit Kreativitas, mahasiswa mendapatkan pembinaan dan pendampingan, antara lain membuat proposal, keterampilan verbal untuk berkomunikasi dan presentasi, mendisain poster, dan penulisan karya ilmiah. Termasuk kepada mahasiswa sejumlah 150-an orang yang akan maju dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXX pada 23-28 Agustus 2017 di Makassar juga mendapatkan pelatihan dan pembinaan khusus. Mereka dikelompokkan dalam 31 Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dengan keanggotaan tiap-tiap tim rata-rata lima orang.

AAS optimistis anak-anak binaannya mampu merebut prestasi sebagai Juara Umum PIMNAS XXX-2017 di Makassar kelak. Mengingat, semua potensi mampu diwakili ke-31 Tim PKM sehingga seperti merepresentasikan kekuatan UGM yang masih didominasi ilmu saintek.

“Yang paling dominan Fakultas Teknik, menyusul MIPA dan Kedokteran. Ada satu fakultas yang tiba-tiba naik, yaitu Psikologi, dari nol jadi empat poin prestasi. Di antara kita saling mengingatkan di level rapat antardekan. Kita punya data statstik. Ada beberapa fakultas yang masih kosong prestasi. Data itu dishare ke dekan,” urainya.

Ahmad Agus Setiawan, Ph. D. menunjukkan buletin Nawala karya bersama mahasiswa UGM (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Ahmad Agus Setiawan, Ph. D. menunjukkan buletin Nawala karya bersama mahasiswa UGM (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

Di luar Fakultas, Sekolah Vokasi  (SV) juga merebut empat poin prestasi. Artinya, ada potensi besar sekali karena semua program studi ada di SV UGM hanya saja level Diploma. “Sekolah vokasi gabungan hampir semua ada. Seperti universitas sendiri,” imbuhnya.

Kepada mahasiswa binaannya, AAS juga meyakinkan mereka bahwa dalam kreativitas tidak ada jenjang senioritas. Sebab, banyak kejadian, meski usia lebih muda namun mereka mampu mengalahkan yang lebih tua.

“Kadang anak baru malah mengalahkan seniornya. Artinya, semua punya potensi sama. Kita buka pintu untuk semua. Bagi kami, tak ada hantu-hantu atau mitos senior lebih mampu,” tandas AAS.

Di kemudian hari, Subdit Kreativitas Mahasiswa juga membina dan mendampingi mahasiswa yang mengikuti MTQ Nasional di Malang, Jawa Timur. Karenanya, diakui AAS, di luar subit kreativitas, boleh jadi masih ada mahasiswa berprestasi yang tidak terekam. Meski demikian, dengan mengetahui jejak rekam mahasiswa baru 2017, ia berharap capaian prestasi  lebih tinggi dari tahun sebelumnya. [rts]