Pembangkit Listrik dari Limbah Sapi Antarkan Tim UGM Juara II PMC 2017

277

BULAKSUMUR, KAGAMA – Inovasi teknologi tepat guna dengan memanfaatkan limbah sapi membawa mahasiswa UGM pada kejuaraan kompetisi Project Management Challenge (PMC) 2017. Tim  Sirongge UGM meraih juara ke-2 dalam kompetisi  yang berlangsung di Yogyakarta, Minggu (21/5/2017). Tim UGM menyisihkan kompetitornya  dari  berbagai tim berasal dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Tim Sirongge terdiri dari Reza Bangun Mahardika dan Rana Ahmad Primanugraha dari Ilmu Ekonomi serta Stella Nadya Arvita dari Teknik Industri. Mereka  berhasil menyelesaikan tantangan di setiap tahapan yang diselenggarakan oleh Project Management Institute (PMI) Indonesia Chapter Yogyakarta Branch. Pada kompetisi itu, seluruh peserta diberikan tantangan membuat proyek berdasar tiga tujuan United Nation (UN).

“Tantangannya membuat proyek terkait penyediaan air bersih dan sanitasi, mewujudkan pemukiman dan kota yang inklusif, serta aksi memerangi perubahan iklim,” papar Rana Ahmad, Jum’at (2/6/2017) di UGM.

Pada babak pertama, dikatakan Rana Ahmad, timnya mengumpulkan mini project master plan dengan mengusung ide pembangkit listrik berbahan bakar limbah ternak sapi, yaitu Conergy Project: community towards energy. Pengajuan proyek tersebut berdasarkan semangat untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang terinspirasi dari keprigatinan terhadap konsisi sebuah desa di Jawa Tengah yang belum mendapatkan aliran listrik secara optimal.

“Di Desa Bangle, Boyolali belum dialiri listrik secara optimal. Padahal di sana memiliki potensi green energy,  yakni limbah ternak sapi yang melimpah dan dapat untuk menghasilkan listrik,”urainya.

Pada  2016 lalu setidaknya terdapat 600 ekor sapi yang dimiliki warga Desa Bangle, Boyolali, Jawa Tengah. Limbah ternak sapi tersebut dapat dikonversikan menjadi sumber energi terbarukan serta mampu mengaliri listrik untuk seluruh desa secara optimal. Tidak hanya sebatas membangun pembangkit listrik, Tim Sirongge juga menawarkan ide kepada warga desa untuk menggunakan listrik tersebut dalam suatu industri. [Humas UGM/Ika/rts]