Spirit Socioentrepreneur Bersama PT Pagilaran sebagai UGM Teaching Industry

809

BATANG, KAGAMA – Spirit socioentrepreneur sebagai konsep program Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) diterapkan dalam pembangunan pabrik coklat dan teh di Segayung Utara, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Pabrik dengan nama PT Pagilaran itu sebagai perwujudan dari UGM Teaching Industry dengan spirit socioentrepreneur.

Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M. Sc., Ph. D. mencanangkan pembangunan pabrik tersebut pada Sabtu (6/5/2017) dengan penandatanganan prasasti disaksikan para Wakil Rektor, Dekan, dan Wakil Dekan, komplek agro serta jajaran manajemen PT Pagilaran.

Sebagai UGM teaching industry, PT Pagilaran dan UGM bersama-sama ingin menyejahterakan petani kakao dan teh (foto Firsto AP/Humas UGM)
Sebagai UGM teaching industry, PT Pagilaran dan UGM bersama-sama ingin menyejahterakan petani kakao dan teh (foto Firsto AP/Humas UGM)

Dalam sambutannya, Rektor UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M. Sc., Ph. D. mengatakan, PT Pagilaran merupakan bentuk UGM Teaching Industry dengan spirit socioentrepreneur. Terwujudnya pabrik dengan kebun kakao dan teh merupakan bentuk dukungan sivitas akademika UGM dalam penguatan spirit socioentrepreneur. “Ini mendorong lompatan kemajuan UGM dalam teaching industry,” kata Rektor.

Direktur Utama PT Pagilaran, Dr. Rahmat Gunadi mengatakan, keinginan membangun pabrik coklat di Segayung Utara merupakan keinginan lama PT Pagilaran. Dengan prinsip socioentrepreunership yang dikembangkan Rektor UGM Prof Ir Dwikorita Karnawati, M. Sc., Ph. D., PT Pagilaran bersama-sama ingin menyejahterakan petani kakao dan teh.

Pabrik kakao dilengkapi fasilitas pendukung, berupa agrowisata untuk pemberdayaan UKM (foto Firsto AP/Humas UGM)
Pabrik kakao dilengkapi fasilitas pendukung, berupa agrowisata untuk pemberdayaan UKM (foto Firsto AP/Humas UGM)

Pembangunan pabrik coklat  di Segayung, Batang, diberi nama Pusat Pengembangan Kompetensi Agribisnis Kakao Terpadu. Pabrik coklat yang dibangun UGM tersebut berada di tengah kebun kakao dan dikelilingi para petani plasma.

Pembangunan pabrik tersebut berada di areal seluas 2,8 hektar dengan bangunan fisik seluas 4000 meter persegi dan berada di tengah perkebunan seluas 165 hektar. Pembangunan tersebut direncanakan menghabiskan dana Rp 105 miliar dari Kementerian Perindustrian. Pada 2018 diharapkan sudah berproduksi.

“Untuk tahap pertama pada 2018 kita harapkan sudah rampung. Nantinya akan kita lengkapi fasilitas pendukung, berupa agrowisata untuk pemberdayaan UKM (Usaha Kecil dan Mikro) dalam bentuk shelter-shelter usaha,” tambah Rahmat Gunadi. (humas ugm/rts)