Willem Wandik: Membangun Papua Harus dengan Hati

1790

Trauma Masa Lalu

William Wendik mengungkapkan bahwa banyak masyarakat Papua yang masih dibayang-bayangi oleh tindakan represif aparat di masa pemerintahan orde baru.

Selain itu, cerita soal pembantaian yang dilakukan tentara Indonesia terhadap masyarakat di Papua, menurut sang bupati terus diwariskan ke anak-anak muda Papua.

Hal itu menyebabkan trauma dan ketakutan di benak mereka.

Situasi tersebut kemudian menurut William diperparah dengan kurang pahamnya aparat yang diterjunkan oleh pemerintah soal budaya Papua, sehingga sering terjadi hubungan yang kurang harmonis.

Willem mengungkapkan bahwa pendekatan pengamann Papua perlu menggunakan human security, dengan pendekatan persuasif dan mengedepankan kondisi sosial budaya masyarakat.

Dia pun berpandangan, masih ada stigma negatif dan sikap rasis serta diskriminatif terhadap orang asli Papua (OAP) yang dilakukan tak hanya oleh masyarakat non-Papua, tetapi juga oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan nasional.

Hal itu menurut Willem juga diperparah dengan beberapa kenyataan pahit.

Kenyataan pahit tersebut adalah hilangnya kesempatan masyarakat asli Papua mendapatkan pekerjaan dan akses terhadap sumber ekonomi local.

Selain itu, Willem mengungkapkan bahwa masyarakat asli Papua semakin sulit menjabat di DPRD dan kesulitan SDM asli Papua masuk ke dalam struktur birokrasi.

Hal itu disebabkan ketatnya sistem rekrutmen menjadi apratur sipil negara (ASN) dan calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang menggunakan standar nasional. (Ezra)