Waspada Antraks di Gunungkidul, Pakar UGM Jelaskan Cara Tangani Hewan yang Terinfeksi

443
Dalam 8 bulan belakangan, sebanyak 27 warga Gunungkidul teridentifikasi positif antraks. Foto: Humas UGM
Dalam 8 bulan belakangan, sebanyak 27 warga Gunungkidul teridentifikasi positif antraks. Foto: Humas UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Selain kasus Coronavirus yang kini tengah hangat diperbincangkan, penyakit antraks yang melanda Gunungkidul belakangan juga menyeruak.

Kasus tersebut telah terjadi dalam delapan bulan belakangan, sebanyak 27 warga teridentifikasi positif antraks.

Pakar Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof. Dr. Drh. Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, M.Si, mengungkapkan bahwa antraks merupakan penyakit yang baru dan telah terjadi di belahan dunia.

Penyakit yang utamanya menyerang hewan ruminansia atau pemamah biak ini sudah ada sejak abad ke-18.

“Hanya saja dari tahun ke tahun penyebarannya samakin meluas,” ujarnya dalam siaran Podcast UGM baru-baru ini.

“Saya dengar dari 34 provinsi hanya tujuh yang bebas antraks,” ucapnya.

Prof. Aeth, sapaan akrabnya, kemudian menerangkan bahwa penyakit antraks merupakan penyakit berbahaya, karena dapat menimbulkan kematian apabila tidak segera ditangani.

Baca juga: Upaya Alumnus UGM Sejahterakan Masyarakat Bengkulu Lewat Kopi

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, sehingga tidak tepat ketika menyebutkan bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus.

Bakteri penyebab antraks adalah bakteri Bacillus Anthracis yang menghasilkan spora.

Selain menyerang hewan ruminansia, Prof. Aeth juga menerangkan bahwa bakteri anthraks dapat menyerang hewan lain, seperti babi, kuda, hingga hewan karnivora, menilik kasus kematian hewan akibat antraks pada seekor anjing.

“Penyakit ini tidak menyerang hewan berdarah panas, seperti burung, juga hewan berdarah dingin, seperti ikan,” tambahnya.

Dia selanjutnya mengungkapkan sebenarnya tak ada gejala yang benar-benar kentara saat seekor hewan terkena antraks.

“Yang terjadi malah hewan tersebut mati mendadak. Jika mampu bertahan dan menunjukkan gejala, hewan menjadi gelisah kemudian napasnya tertekan, kesakitan dan membenturkan kepalanya,” ucap Prof. Aeth.

Gejala lain yang terjadi ketika seekor hewan terkena antraks yaitu demam tinggi yang mencapai suhu di atas 40 derajat celcius, selain juga ada gejala pembengkakan di daerah sub mandibular dan peradangan di laringitis.

Baca juga: Cerita Rektor Pertama UGM Perjuangkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Perkuliahan