Diakuinya, sebagai angkatan tertua, Wartono memiliki pergaulan banyak dan sudah cukup jauh ia berkeliling ke empat benua. Karenanya, ia menyarankan di setiap benua ada pengurus cabang Kagama.
“Seperti di Amerika Serikat ada Permias, sekian persen dari UGM. Di Jepang, Rusia, dan Jerman, banyak sekali. Mungkin bisa dipikirkan di empat benua itu ada cabang Kagama,”ucapnya.
Wartono juga mengisahkan pengalaman dirinya dipelonco saat menjadi mahasiswa baru pada September 1961. Kebetulan tempat perpeloncoan tepat di titik dia berdiri saat itu. Keadaan pada 1961 dulu masih berupa bulak atau kawasan lapang dengan tanaman liar. “Saya disuruh glosoran. Ini sesuatu yang bagi saya tak bisa dilupakan selama hidup. Sekarang berubah jadi gedung megah begini,” ungkapnya.
Wartono juga menyampaikan perihal prestasi anggota Kagama, yaitu denan mengirimkan satu-satunya ahli geologi Indonesia pertama yang menjejakkan kakinya di Antartika, Kutub Selatan. “Ini yang pertama kali dan kebetulan dari UGM. Satu kebanggaan tersendiri dan rasanya prestasi yang dicapai cucu membuat orangtua bahagia,” terang Wartono.
Pada kesempatan itu Waroton juga mengungkap spirit hidupnya, yaitu berani menahan diri di kala muda akan banyak pilihan di kala tua. Selain itu, ada motto hidup yang justru bukan dia yang menyusunnya, melainkan seorang petugas Pusat Studi Bencana UGM saat ia menyerahkan artikel. Motto hidup itu adalah “Menjadi tua dengan gembira. Berusaha sehat agar tetap bermanfaat”. [RTS]