Wabah Corona di Mata Guru Besar Kehutanan UGM adalah Obat Kesembuhan Alam Semesta

4021

Baca juga: Maestro Musik Indonesia Erros Djarot Gandeng KAGAMA Care Lawan Corona

“Penurunan tajam dalam polusi dari pembangkit listrik, mesin, pesawat terbang, dan kendaraan bermotor telah membersihkan udara secara nyata,” jelas pria asal Jogja ini.

Kemudian, Agus menjelaskan, emisi gas rumah kaca—yakni emisi nitrogen dioksida, karbon dioksida, maupun metana—menjadi berkurang sangat drastis.

Awan gas beracun yang terlihat menggantung di atas pusat-pusat industri hampir menghilang. Udara yang pengap telah berubah menjadi udara yang segar kembali.

Menurutnya, inilah kehidupan yang segar dan tidak pernah dinikmati manusia dalam keadaan normal serta penuh dengan hiruk pikuk.

“Efek ini jauh lebih dramatis daripada usaha sistematis antropogenik (yang disebabkan manusia) apa pun dalam rangka untuk menurunkan dampak emisi,” ucap Agus.

“Polusi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia relatif terhenti, sehingga langit biru yang cerah dan sehat kembali dirasakan,” papar pria yang hobi menulis dan bermain ketoprak ini.

Baca juga: Budayawan Medis UGM Yakin Indonesia Punya Peluang Bikin Vaksin Covid-19

Titik Balik

Agus mengatakan, kini orang-orang jadi bisa melihat bagian bumi yang pernah disembunyikan oleh polusi buatan manusia.

Seperti Gunung Himalaya yang dapat terlihat indah dari kota Punjab (berjarak 200 km) setelah 30 tahun.

Sementara di Indonesia, Gunung Salak di Bogor juga dapat tampak jelas dari langit Jakarta. Padahal, tuturnya, biasanya tertutup kabut polusi zat beracun.

Tak hanya itu, Jurnal Nature yang dibaca Agus mempublikasikan kondisi lapisan ozon bumi yang sempat berlubang besar juga terus membaik.

Dengan begitu, ozon juga akan mampu memperbaiki dirinya sendiri dan terus menutup.

Keterisolasian manusia pun dipandang Agus jadi pemutar balik roda kehidupan dan alam semesta.

“Sementara beberapa binatang darat maupun air, baik yang diternak maupun liar, menjadi bebas berkeliaran,” ucap Agus.

“Bahkan masuk ke kota yang sunyi, ikut menikmati keindahan, kebersihan udara, perbaikan lingkungan dan kesembuhan bumi.”

“Pageblug COVID-19 diharapkan menyadarkan kita tentang ajaran Sultan Agung yang disampaikan kembali oleh Sri Sultan HB X.”

“Tentang Mangasah Misinging Budi, Memasuh Malaning Bumi, yang artinya: mengasah ketajaman akal-budi, membasuh malapetaka bumi,” pungkasnya. (Ts/-Th)

Baca juga: Tampung Curhatan Siswa yang Belajar di Rumah, Bupati Kubu Raya Alumnus UGM Punya Cara Unik