UMKM Indonesia Masih Sulit Go Online, Begini Kendala dan Strateginya

336

Baca juga: Dulu Jadi Penjaga Malam, Lulusan Hukum UGM Ini Ubah Nasibnya Hingga Jadi Anggota DPRD DIY

“Persoalannya, UMKM tidak terbiasa melakukan market research, sehingga mereka jadi tak konsisten merawat atau update produk di akun marketplace atau media sosial bisnis mereka,” ungkap perempuan yang meraih gelar masternya di IPMI International Bussiness School itu.

Dia menerangkan, dirunut dari e-commerce evolution-nya, Indonesia masih berada di tahap digital retail 1.0, yang artinya tergolong sebagai negara dengan low e-commerce share.

Ada pun tuntutan pemasaran online yang harus diperhatikan yakni konsumen online dan konsumen tradisional memiliki kepuasan yang berbeda, menjawab potensi pasar dengan fulfillment warehouse, dituntut melakukan merchandising, dan meninjau kembali strategi keterlibatan pelanggan.

Untuk itu, kata Amalia, Indonesia perlu melakukan percepatan pengoperasionalan bisnis online. Dalam hal ini, ada upaya capitalyzed, dengan cara menghidupkan aktivitas e-commerce di marketplace.

“Tentu pengoperasionalan dilakukan dengan riset pasar menggiring traffic ke toko online hingga produk ekspos, meliputi peningkatan kemampuan product posting management, keterampilan menanggapi permintaan, pemahaman operasional tools digital market research, serta marketing online,” jelasnya.

Baca juga: Indonesia Perlu Cegah Trade Off dan Susun Rencana Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19

Dalam rangka akselerasi digitalisasi marketing dan capitalyzed itu, harus ada anak muda yang mendampingi pengoperasionalan go online. profesi ini disebut sebagai e-commerce expert.

“Digitalisasi bisnis telah melahirkan berbagai profesi baru, seperti e-commerce expert, content planner, merchandiser, dan lain-lain. Sekian tahun bersama Alibaba, anak muda sangat berperan dalam upaya capitalyzed,” ungkap President Director di PT Andalan Ekspor Indonesia (AExI) ini.

Alumnus FISIPOL UGM angkatan 1987 ini menambahkan, di samping penguasaan operasional, perubahan pola pikir mendorong perkembangan aktivitas e-commerce.

“Penumbuhan pola pikir tersebut bisa dimulai dengan pendalaman mengenai kanal-kanal digital marketing. Lalu ketika beralih dari penjualan tradisional ke e-commerce, pelaku usaha harus benar-benar siap,” ujarnya. (Kn/-Th)

Baca juga: UMKM Perlu Kuasai Teknologi untuk Hadapi Masalah Ekonomi di Masa Pandemi