Umbi Gembili dan Garut Ampuh Atasi Masalah Kesehatan Paling Berbahaya

3267
Anggapan bahwa penyakit jantung dan diabetes melitus merupakan masalah kesehatan paling berbahaya bukanlah mitos belaka. Foto: poskotanews.com
Anggapan bahwa penyakit jantung dan diabetes melitus merupakan masalah kesehatan paling berbahaya bukanlah mitos belaka. Foto: poskotanews.com

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Penyakit jantung dan diabetes melitus yang dianggap berbahaya, ternyata dapat dicegah dengan mengonsumsi umbi gembili.

Anggapan bahwa penyakit jantung dan diabetes melitus (selanjutnya diabetes) merupakan masalah kesehatan paling berbahaya bukanlah mitos belaka.

Sebab, menurut data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Departemen Kesehatan RI, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah stroke, yaitu 12,9 persen pada 2014, dalam kategori semua umur.

Sementara itu, diabetes menempati urutan ketiga dengan nilai 6,7 persen.

Masih dari sumber yang sama, pada 2013 terdapat sekitar 2,6 juta penderita jantung koroner, 3,7 pengidap diabetes, yang telah terdiagnosis untuk kategori usia di atas 15 tahun.

Salah satu penyebab kedua penyakit tersebut bisa menjangkiti tubuh adalah pola makan yang kurang baik, seperti asupan serat yang minim dan kelebihan gula.

Namun, ada komoditas yang telah diteliti memiliki potensi sebagai pencegah dua penyakit jantung dan diabetes.

Baca juga: Es Krim Umbi Gembili, Inovasi Pangan Kaya Serat untuk Penderita Diabetes

Komoditas yang dimaksud adalah umbi Gembili dan Garut yang diklaim mengandung serat tinggi.

Pernyataan tersebut dituturkan oleh  peneliti serat pangan dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Dr. Sunarti, M.Kes., dalam Talkhow Serat Pangan dalam Penanganan Sindrom Metabolik, di Ruang Perpustakaan FKKMK UGM, Rabu (18/4/18).

Menurut Sunarti, baik umbi Gembili dan Garut telah diuji secara klinis dan dikonsumsi pada pasien yang menderita diabetes.

Sunarti menjelaskan, pangan dengan kandungan serta tinggi umumnya mengandung kadar glikemik (IG) rendah di bawah angka 55.

Namun, lanjut Sunarti, kedua jenis umbi ini punya angka IG yang lebih rendah lagi.

“Indeks Glikemik rendah sampai angka 32,” ucap Sunarti, yang menulis buku mengenai serat pangan ini.

Sebagai informasi, IG adalah nilai yang digunakan untuk melihat seberapa cepat karbohidrat dalam makanan bisa diubah menjadi gula oleh tubuh manusia.

Baca juga: Kelompok Tani di Kulonprogo Perlu Saling Bertukar Wawasan untuk Hasilkan Inovasi