Tumbuhan Langka di Museum Biologi UGM Kaya Manfaat dan Nilai Filosofis

1034

Baca juga: Mahfud MD: Indonesia Perlu Manusia yang Terdidik

Ada pun metabolit sekunder bagi tumbuhan untuk adaptasi lingkungan.

Sementara untuk manusia berguna untuk obat-obatan, racun, dan lain sebagainya.

Menurut Purnomo, diperlukan eksplorasi, klentifikasi, karakterisasi, dan pemanfaatan bahan alam yang diperoleh dari tumbuhan.

Dari sisi etnobotani ada kategori manfaat tumbuhan, yakni untuk pangan, sandang, obat-obatan, bangunan, sosial, ritual, hingga upacara adat.

“Ini menjadi kekayaan museum, jika kita mampu menemukan artefak tumbuhan yang memiliki berbagai manfaat tersebut,” ujar guru besar Fakultas Biologi UGM yang ahli di bidang taksonomi tumbuhan itu.

Baca juga: Rimawan Pradiptyo, Ekonom UGM yang Membawa Ilmu Experimental Economics ke Indonesia

Masih terkait kandungan dan kegunaan tumbuhan, kata Purnomo, sebetulnya tumbuhan juga mengandung bahan kimia yang bermanfaat.

Misalnya bahan kimia starch secara umum bermanfaat untuk membuat lem dan gell, Lilin (waxes) untuk water proofing dan penerangan, asam lemak sebagai bahan pembuat sabun, kosmetik, untu memasak, dan masih banyak lagi.

“Bahan tradisional dari kimia tumbuhan digunakan untuk racun panah dan ikan, baban kimia itu di antaranya saponins untuk bloking pernapasan insang, toxic alkaloids untuk paralisis otot, alkaloids untuk membuat gagal bernapas, dan sebagainya,” ungkapnya.

Purnomo mengungkapkan, aneka tumbuhan di Museum Biologi selain memiliki manfaat, juga mempunyai nilai filosofi.

Contohnya spesies kepel (status belum dilindungi) artinya genggaman tangan manusia yang melambangkan manunggaling sedya kaliyan gagyuhan (bersatunya niat dengan bekerja).

Baca juga: Tidak Lulus Tepat Waktu Justru Ada Hikmahnya

Ada lagi pohon keben (status konservasi berisiko rendah) sering disebut pohon perdamaian oleh Soeharto.

Sementara di lingkungan Kraton, pohon keben memiliki filosofi. Keben berasal dari kata Hangrungkebii jejaring bebener, artinya merangkul kebenaran.

“Begitu juga Jambu Darsana, berasal dari kata’sudarsana’ yang berarti tauladan dan contoh. Dikatakan Purnomo, tumbuhan ini sudah mulai jarang ditemui,” pungkasnya.

Beberapa tamu undangan yang hadir menyampaikan masukan terkait museum.

Mereka berharap Museum Biologi dapat berkembang terus, terutama dalam hal penataan koleksi dan fasilitas guna meningkatkan kenyamanan pengunjung. (Kinanthi)

Baca juga: Peneliti PSKK UGM Soroti Kapasitas Penduduk dan Pengelolaan Konflik di Ibu Kota Baru